Sukabumi – keuskupanbogor.org : Dunia alami kemiskinan Injil (Gospel Poverty). Pewartaan injil dirasa kurang militan. Sejarah telah menunjukkan perjuangan para misionaris mewartakan Injil dengan begitu kuat dan militan. Bagaimana dengan kondisi pewartaan Injil (evangelisasi) saat ini?
Refleksi atas proses evangelisasi di atas disharingkan oleh RD Habel Jadera dalam Temu Imam di Rumah Retret Santa Lidwina, Sukabumi (Rabu, 27/11). Imam yang baru saja mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh Haggai International di Hawaii (1-25 Oktober 2019) ini membagikan hasil pertemuannya kepada Bapa Uskup dan para imam Keuskupan Bogor.
“Evangelisasi sejatinya bukan hanya mendemonstrasikan dan menghidupkan nilai-nilai Injil tetapi juga mempersiapkan orang lain untuk menjadi pewarta supaya dapat melakukan seperti yang telah kita lakukan”, tutur imam yang telah menyelesaikan pendidikannya di Roma dalam bidang Misiologi ini.
Pertemuan Haggai yang diikuti 60 orang dari 25 negara berkembang ini memang dominan diikuti oleh para evangelis dari Protestan. Dengan visi “semua negara harus diselamatkan dan ditebus melalui Injil”, Haggai International mengajak, mendidik dan mempersiapkan para pewarta Injil untuk menjadi pemimpin yang inspiratif untuk evangelisasi.
Mandat agung Yesus yang sering menjadi slogan KEP, Matius 28 : 19-20 hendaknya menjadi identitas utama para murid Kristus. “Kita dibaptis, (dan ditahbis khususnya bagi para imam) untuk mewartakan Injil”, tegas imam asal Saumlaki ini.
Bagaimana mungkin evangelisasi bisa berjalan jika orang yang sudah dibaptis malu dan ragu mengakui identitasnya sebagai murid Kristus?
Kehadiran pastor dalam seminar ini memberikan pengenalan identitas dan kesaksian pewartaan yang Katolik hidupi selama ini. Salah satunya yang dikisahkan Romo Habel adalah kekayaan sumber iman Katolik yang didapat dalam dogma atau ajaran para Bapa Gereja saat saudara kita bertanya hal-hal yang tidak dijumpai di Kitab Suci.
Menanggapi sharing Romo Habel selama ikuti Haggai Leader Experience, Bapa Uskup Mgr Paskalis menyampaikan bahwa program ini dimulai dengan titik tolak, bahwa kita perlu belajar dari agama lain dalam hal ini yaitu protestan. Ini kesempatan bagi kita untuk memperkenalkan kekatolikan kita kepada mereka.
Sejatinya orang yang sudah dibaptis menjadi murid Yesus memiliki identitas dan misi untuk mewartakan. “Identitas dan misi orang Katolik itu adalah you are the loved one and you are the commissioned one. Anda tidak punya alasan lagi untuk tidak melakukan tugas perutusan”, tutur Romo Driyanto.
Terkait dengan kemiskinan Injil, pada sisi lain Mgr Paskalis mengapresiasi gerakan yang dilakukan di umat seperti KEP dan Kursus Kitab Suci. “Saya senang di beberapa tempat ada umat yang semangat setelah ikut KEP lalu ingin lanjut belajar Kitab Suci”, ungkapnya penuh bangga.
Akhiri sharing ini, Romo Habel mengajak para imam untuk mau dan semangat mengajar umat dalam KEP, kursus-kursus dan sebagainya sebagai bentuk dan identitas diri sebagai pewarta Injil.
(RD David)