Selasa, 25 Februari 2020 Pekan Biasa VII Bacaan I : Yak 4: 1-10 Bacaan Injil : Mrk. 9: 30-37
Bowo adalah seorang karyawan di suatu kantor swasta. Setiap harinya Bowo bekerja keras demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Bahkan dia rela kerja lembur demi mencapai target. Bila perlu dia akan mengincar lebih dari target yang disasar atau dituju. Semua yang dilakukannya demi keuntungan dirinya sendiri, keuntungan pribadinya sendiri. Bahkan dia tidak peduli dengan orang di sekitarnya yang membutuhkan pertolongannya karena dia merasa bahwa hal itu akan mengganggu pekerjaannya. Apa yang dilakukannya itu adalah demi mendapatkan tempat atau jabatan yang lebih tinggi dari jabatan sebelumnya. Dapat dikatakan dia adalah seorang yang ‘haus’ jabatan.
Suatu hari ketika Bowo pergi gereja, entah mengapa Bowo ingin mendengar dengan sungguh khotbah yang disampaikan oleh romo. Padahal biasanya Bowo enggan untuk mendengar khotbah romo-romo. Ketika itu ada satu kalimat yang menyentuh Bowo dari khotbah romo. “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dan pelayan dari semuanya.” Sontak Bowo merasa tertampar dengan kalimat yang disampaikan oleh romo itu. Kemudian seusai Misa, Bowo tidak langsung meninggalkan gereja namun justru dia berlutut dan berdoa kepada Tuhan atas segala keserakahan yang selama ini dilakukannya. Keesokan harinya Bowo sadar bahwa apa yang dilakukannya selama ini adalah suatu kesalahan. Dia pun berjanji untuk tidak mengejar jabatan yang selama ini dia kejar. Akan tetapi, dia akan melakukan semua tugas yang diberikan dan melayani dengan sungguh tanpa harus menjadi ‘haus’ dalam mengejar suatu jabatan.
Bacaan kali ini, terutama bacaan Injil, mengajak kita untuk semakin mengedepankan pelayanan dan kerelaan untuk menjadi pelayan. Selama ini mungkin kita mengejar kedudukan dan jabatan dibandingkan rela untuk menjadi pelayan. Pada Injil kali ini pun Yesus memberi contoh seorang anak berkaitan dengan kedudukan dan kehormatan. Analogi seorang anak ini sangat menarik karena kedudukan dan kehormatan yang selama ini dikejar oleh kebanyakan manusia dibenturkan dengan gambaran seorang anak yang tidak pernah memikirkan kedua hal tersebut, yakni kedudukan dan kehormatan. Hal ini pun disampaikannya kepada para murid karena dia melihat dan mengetahui pertengkaran tentang siapa yang terbesar diantara mereka. Para murid masih memikirkan tentang kedudukan dan kehormatan, sedangkan Yesus mengajarkan hal yang mengedepankan pelayanan dan kerelaan untuk menjadi seorang pelayan.
Maka dari itu, Yesus mengajak kita semua untuk melihat dan menyadari bahwa ukuran kebesaran dalam Kerajaan Allah adalah pelayanan dan kerendahan hati. Hal ini ditegaskan kembali pada perumpamaan seorang anak kecil yang senantiasa bersikap rendah hati dan tidak mengejar kedudukan. Kita adalah murid Yesus, karena itu hendaknya kita meneladani dan mengikuti ajaran Yesus yang senantiasa melayani dengan sungguh tanpa mengejar kedudukan serta kehormatan.