Renungan Harian
Selasa, 19 Januari 2021
Pekan Doa Sedunia Hari ke-2
Bacaan : Ibrani 6: 10-20
Injil : Markus 2 : 23-28
Orang Farisi menegur kesalahan Yesus dan murid-murid-Nya di hari Sabat. Menunjukkan sebuah kesalahan memang mudah dan terasa indah bila dapat ditunjukkan di depan umum agar ada bantuan situasi “pengadilan masa”.
Teguran itu baik agar tercipta situasi teratur dan akur. Namun demikian teguran perlu juga lentur dan bukan sok ngatur bahkan ngawur. Lihat situasi, cara dan ekspresi penyampaian, tuturan bahasa yang disampaikan, dan tentunya motivasi dasar bela rasa (kasih).
Alih-alih ingin keteraturan ternyata timbul berbagai benturan dan ketidakuran. Ini bisa diakibatkan karena mati atau tidak peka rasa dan hanya memaksa “ini sudah aturan”; sedikit tahu tapi bertindak sok tahu; dahulukan emosi daripada empati; jatuhkan orang didepan publik, dsb.
Teguran itu disampaikan bukan hanya berdasarkan yang terlihat tetapi didalami sampai pada sebuah tingkatan “perasaan”. Ini butuh sebuah proses maka dari itu sebuah teguran perlu kehati-hatian.
Teguran butuh koordinasi mata, mulut, pikiran, pendengaran dan hati agar tidak timbul kesalahanpahaman dan buruk sangka yang tak perlu terjadi.
Refleksi
Bagaimana caraku menegur kesalahan orang? Manakah yang lebih dahulu empati atau emosi? Bagaimana juga reaksiku saat mendapat teguran dari orang?
Doa
Tuhan ajarlah kami untuk mampu menegur dengan lentur, menegur dalam empati bukan emosi. Bantulah juga agar kami mampu bersyukur saat kami ditegur. Amin
Berkat
Semoga berkat Allah yang Mahakuasa memberikan hikmat agar kita mampu melihat segala kondisi dan situasi yang salah dalam empati bukan emosi : Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin
(RD David)