Rabu, 19 Oktober 2022
Ef. 3:14-21;
Mzm. 33:1-2,4-5,11-12,18-19;
Luk. 12:49-53.
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, pada hari Injil mengisahkan tentang kedatangan Yesus ke dunia. Tetapi kita pasti merasa bingung dan aneh karena Injil ini mengatakan hal yang bersebarangan dengan hukum yang diajarkan Yesus. Bagaimana mungkin Yesus datang malah membawa perpecahan dan perang? Apakah maksud dari perkataan Yesus ini yang mengatakan, “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan.”
Dalam hal ini bukan berarti Yesus datang itu membawa perpecahan, melainkan akibat yang disebabkan oleh kita karena mengikuti Dia. Dalam pengajaran Yesus, ia seringkali mengajak kita untuk tidak menjadi anak anak dunia, tetapi anak anak terang. Dalam Gaudete et Exsultate, seruan apostolik yang ditulis oleh Paus Fransiskus dikatakan dengan jelas bahwa orang Kristiani harus melawan arus. Artinya bahwa kata-kata Yesus dalam pengajarannya jelas mengutarakan sesuatu yang bertentangan dengan hal-hal yang biasa dijalankan di dunia ini.
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menjumpai beberapa orang yang dengan sengaja menghina, mencaci-maki orang Kristen. Mereka menggunakan kekerasan verbal yang ditujukan kepada iman kristiani. Inilah yang dimaksud oleh Yesus. Dampak dari mengikuti Yesus kemungkinan akan mendapatkan hal-hal demikian dari orang lain yang tidak mengenal Yesus. Bahkan, tidak sedikit juga orang-orang Kristen sendiri yang belum mengerti apa yang Yesus maksud itu.
Saudara-saudariku yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, dalam permenungan dan ajakan Yesus dalam Injil ini ingin memberitahu kita dari awal. Bahwasanya dalam hal mengikuti Yesus bukanlah hal yang mudah. Tetapi kenapa kita mau dan tetap setia kepada iman Kristen? Karena kita percaya bahwa akan ada kebangkitan yang menjadi sentral iman kita. Dengan kebangkitan, kita akan mendapatkan kedamaian, hidup kekal, dan menjadi satu dengan persekuan para kudus di Surga.
Fr Mateus Elbert Biliyandi