“Kita adalah Indonesia” Temu Kebangsaan Orang Muda Indonesia dan Jaringan GusDurian

Cimanggis-Keuskupan : Apa jadinya jika sekumpulan orang muda yang berbeda agama dan latar belakang berkumpul bersama untuk mengikuti pelatihan di suatu tempat? Pasti seru, rame dan sarat  dengan diskusi serius tapi santai ala anak muda.

Itulah yang terjadi dalam kegiatan Pelatihan Manajemen Komunitas yang diadakan oleh Temu Kebangsaan Orang Muda Indonesia dan Jaringan GusDurian pada Jum’at-Minggu (6-8/10/2017) di Wisma Hijau, Mekarsari, Cimanggis.

Adapun Temu Kebangsaan Orang Muda Indonesia dirancang untuk membangun perspektif bersama atas berbagai masalah bangsa sekaligus menyusun rumusan kerja kolektif diantara kaum muda  sebagai penggerak perubahan sosial serta merangkul kelompok-kelompok lain dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Sejak tahun 2016, Jaringan GusDurian, KWI (dalam hal ini, Komisi Kepemudaan KWI), PGI, ANBTI (Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika) membentuk Forum Temu Kebangsaan untuk menjadi ruang pertemuan pemimpin muda dalam memikirkan berbagai isu kebangsaan dan kenegaraan yang nantinya menjadi orang-orang muda yang memiliki jiwa kepemimpinan dan keberpihakan pada rakyat dan bangsa Indonesia.

Rangkaian kegiatan diawali dengan registrasi dari 25 orang peserta dari beragam organisasi keagamaan dan masyarakat, termasuk KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) dan PGI (Persatuan Gereja Indonesia). Kegiatan ini juga dihadiri oleh RD Antonius Haryanto selaku Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI.

Dalam kegiatan yang berlangsung selama 3 hari 2 malam ini, para kaum muda dibekali berbagai materi melalui 7 sesi yaitu 1)Assessment Komunitas dan Gambaran Ideal Komunitas, 2)Road Map Komunitas, 3)Karakter Komunitas, 4)Dinamika Komunitas, 5)Model Canvas Komunitas, 6)Sharing Komunitas dan 7)Model Canvas Komunitas (lanjutan) dari narasumber yang kompeten yaitu Alissa Wahid yang merupakan puteri sulung dari Presiden ke-4 RI yaitu alm. Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur.

Apa itu komunitas? Komunitas adalah sekumpulan orang yang berjejaring secara lebih erat dan sistematis untuk mencapai tujuan bersama. Pengikat utamanya adalh isu atau minat. Individu terlibat secara sukarela karena kesamaan isu yang ditekuni. Bersifat paguyuban. Berbeda dengan lembaga, komunitas jarang melakukan formalisasi hubungan antar unsur. Kalau lembaga, hubungan kerja bersifat professional. Sedangkan komunitas, hubungan kerja bersifat kerelawanan. Kepemimpinan dalam komunitas sangat bersifat leadership driven atau tergantung pada kepemimpinan yang ada, sifat keanggotaan bersifat volunteer based.

Dalam pelatihan ini, para kaum muda dibekali dengan materi supaya dapat 1)menentukan fundamental komunitas untuk dapat mencapai tujuan dalam konteks paguyuban sosial, 2)bagaimana merealisasikan strategi menjadi program dalam konteks struktur kendali yang samar-samar, 3)bagaimana menarik dan mempertahankan orang yang tepat dengan segala keterbatasan, 4)bagaimana mengolah sumber daya, terutama ekonomi, dalam keterbatasan konsep nirlaba, 5)bagaimana membangun momentum organisasi dengan memperkuat kredibilitas.

Meskipun begitu banyak materi yang disampaikan, namun para orang muda itu tidak merasa bosan atau mengantuk. Mereka tetap mengikuti rangkaian sesi dengan antusias dan sukacita. Berbagai pertanyaan, sharing, diskusi dan kerja kelompok menyertai rangkaian sesi dalam pelatihan tersebut. Tidak hanya memperoleh materi dan pembelajaran baru, mereka juga memperoleh banyak teman baru dari beragam agama, suku dan latar belakang. Ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu, ada yang berkulit putih, ada yang berambut keriting, ada yang bermata sipit, ada yang berhijab. Ya, itulah Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Tidak ada yang salah dengan perbedaan. Perbedaan tidak boleh menjadi alat pemecah belah bangsa ini. Justru perbedaan harus semakin memperat dan memperkuat bangsa ini.

Rangkaian kegiatan diakhiri dengan Rencana Tindak Lanjut, foto dan makan siang bersama. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, para orang muda dapat membangun komunitas yang lebih terstruktur, sistematis dan masif dari sisi gagasan dan gerakan juga dapat memperkuat komunitas menjadi lebih solid, mandiri dan kreatif dalam melakukan kerja perubahan sosial menuju Indonesia yang lebih baik. (Stephanie Annette Siagian)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!