Saya Katolik, Saya Indonesia, Saya Ikut Pemilu

Loading

Sukatani – keuskupanbogor.org : “Apakah benar bahwa akan terjadi kecurangan dalam proses pemilu?” demikian salah seorang peserta bertanya dalam kegiatan sesi berbagi informasi tentang pemilu di Saung Pertemuan Kuasi Paroki Bunda Maria Ratu Sukatani-Depok (kamis, 11/04/2019). Pertanyaan tersebut berawal dari kegalauannya melihat informasi yang bertebaran di internet. “Kita harus mewaspadai hoax seputar pemilu dan jangan mudah terpancing olehnya,” demikian Ditto Santoso, seorang pegiat pengembangan masyarakat, menanggapi pertanyaan tersebut.

Ditto Santoso memberikan edukasi Pemilu 2019 di Kuasi Paroki Bunda Maria Ratu – Sukatani (kamis,11/04/2019)

Dalam sesi awal, Ditto selaku narasumber membagikan gambaran kontekstual mengenai dinamika sosial politik di Indonesia. Ditto juga menyinggung keprihatinan Gereja Katolik Indonesia melalui Nota Pastoral KWI tahun 2018 yang berjudul “Panggilan Gereja dalam Hidup Berbangsa: Menjadi Gereja yang Relevan dan Signifikan”. Diantaranya masalah terkoyaknya kerukunan dan toleransi, politik identitas yang memicu disintegrasi sosial, gerakan radikalisme dan tindakan kekerasan, serta penyalahgunaan teknologi dalam bentuk hoax. Keprihatinan itulah yang seharusnya juga menjadi fokus perhatian para calon anggota legislatif yang berkampanye saat ini.

“Di sisi lain, kita harus mengajak orang muda untuk peduli dan terlibat dalam ranah politik, setidaknya dengan ikut pemilu,” katanya seraya memaparkan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan minimnya perhatian orang muda ditambah adanya peluang untuk libur long weekend daripada pergi memberikan suara di pemilu pada 17 April 2019. “Kita membutuhkan presiden dan wapres serta wakil-wakil di parlemen yang peduli terhadap keutuhan NKRI. Satu suara benar-benar berarti.”

Edukasi Pemilu, gambaran surat suara Pemilu 2019.

Ditto menyajikan materi tentang kelengkapan apa saja yang harus disiapkan agar dapat mengikuti pemilu serta jadwal yang perlu diperhatikan. Beberapa tips juga diberikan mengenai proses pencoblosan di TPS nanti.

Sesi berbagi informasi tentang pemilu yang dihadiri oleh 50 warga dari berbagai lingkungan ini juga diisi oleh simulasi memperlakukan kertas suara. Simulasi ini dipandu oleh Wakabid Non Liturgi Dewan Pastoral Kuasi Paroki Bunda Maria Ratu, Petrus Pujiatno Bayu. Ia memperagakan cara membuka, mencoblos, dan melipat kertas suara. “Sebelum masuk ke bilik pencoblosan, harap perhatikan surat suara yang diterima. Periksa apakah rusak atau tidak,” katanya. “Demikian juga saat mencoblos. Cobloslah sesuai ketentuan. Jangan sampai suara yang diberikan justru menjadi tidak sah karena mencoblos dengan cara yang tidak tepat.”

Di akhir sesi, Petrus dan Ditto juga menyeru kepada para peserta kegiatan untuk memanfaatkan waktu hari-hari akhir sebelum pemilu guna mengajak keluarga, anak-istri, tetangga, dan kawan berpartisipasi aktif dalam pemilu. “Satu suara Anda sangatlah berharga untuk nasib bangsa kedepan. Ajak semua orang untuk pergi ke TPS tanggal 17 April 2019. Buktikan bahwa saya Katolik, saya Indonesia, saya ikut pemilu!”

Oleh: Thecla S. Wijiningsih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!