Servus Servorum Dei

Loading

Selasa, 12 November 2019
PW. St. Yosafat, Uskup dan Martir
Bacaan I       : Keb. 2: 23-3: 9
Bacaan Injil   : Luk. 17: 7-10

PERNAHKAH kita berbuat baik? Pernahkah kita berbuat baik dengan tanpa ingin dipuji? Pernahkah kita berbuat baik tanpa menginginkan balasan? Atau bahkan pernahkah kita berbuat baik tanpa ingin diketahui oleh orang lain?

Setiap manusia mempunyai naluri untuk berbuat baik. Naluri ini juga yang memampukan kita untuk hidup saling berdampingan satu sama lain. Sebagai orang beriman, kita pun diajak untuk terus melakukan perbuatan baik juga kasih ke setiap orang di sekitar kita tanpa terkecuali. Dan dalam pengajaran-Nya, Tuhan pun selalu menyebarkan kebaikan-kebaikan.

Namun di sisi lain, sebagai manusia kita juga mempunyai kebutuhan untuk mendapat apresiasi atas setiap usaha dan pencapaian yang kita lakukan. Akan tetapi, kecenderungan ini menjadi sesuatu yang tidak wajar ketika perbuatan baik yang kita lakukan itu harus mendapat embel-embel dipuji, disanjung, dihormati, dan dihargai. Kita malah seolah mempunyai tujuan sekadar ingin dipuji ketika kita berbuat sesuatu untuk orang lain. Walaupun kita tidak mengungkapkan hal tersebut, namun raut wajah kita menyiratkan kekecewaan ketika apa yang kita lakukan tidak mendapat pujian atau sanjungan.

‘Kebiasaaan’ mendapat pujian ketika melakukan sesuatu, apalagi hal yang baik ini, harus pelan-pelan kita hilangkan. Bila tidak, hal ini akan berlanjut ketika kita melakukan tugas pewartaan yang diberikan Tuhan kepada kita. Ketika tugas itu selesai, kita bisa saja malah berharap bahwa akan mendapat pujian atau balasan instan dari Tuhan. Tentu Tuhan akan membalas segala tugas yang sudah kita selesaikan itu dengan cara-Nya sendiri. Akan tetapi, ketika kita meminta untuk dipuji karena telah melakukan tugas itu, inilah yang menjadi salah atau keliru.

Servus Servorum Dei memiliki arti hamba dari hamba Allah. Istilah Latin ini ingin mengajak kita untuk memposisikan diri kita sebagai hamba dalam tugas serta karya pewartaan kita. Seorang hamba tidak mengharapkan adanya pujian ketika menyekesaikan tugasnya. Hal ini juga yang ingin ditegaskan oleh Yesus pada bacaan kali ini. “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”

Yesus mengajak kita agar melakukan segala tugas pewartaan yang diberikan itu dengan tulus, tanpa merasa kecewa ketika tidak medapat pujian. Hilangkan rasa ingin dipuji itu, hilangkan rasa ingin dihargai, juga hilangkan rasa ingin diketahui. Segala perbuatan baik yang kita lakukan bukan hanya perbuatan kita semata, tetapi juga Tuhan yang memampukan dan memberikan itu semua. Maka, meminta orang lain memuji atau bahkan meminta pujian Tuhan adalah sesuatu yang tidak tepat. Maukah kita menyebarkan kasih dengan tulus demi kemuliaan Allah, bukan karena ingin mendapat pujian? (Fr. Constantin Reynaldo Adja Mosa)


Allah Bapa, kami seringkali masih mengharapkan balasan atau pujian ketika melakukan kebaikan. Semoga kami bisa melakukan segala kebaikan bukan untuk kepentingan kami, melainkan untuk menyenangkan hati-Mu, bahkan jika dengan melakukan kebaikan itu kami harus menanggung penderitaan di dunia. Karena Engkaulah harapan dan tujuan hidup kami. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!