Seberapa Banyak Kita Musti Berdoa?

Loading

Seberapa Banyak Kita Musti Berdoa?

Louise Redden, seorang wanita berpakaian buruk dengan tampilan lelah di wajahnya, berjalan menuju ke toko kelontong. Ia mendekati pemilik toko itu dan bertanya apakah ia bisa meminta beberapa bahan makanan. Dengan lembut ia menjelaskan bahwa suaminya sakit dan tidak mampu bekerja. Mereka punya tujuh anak-anak yang membutuhkan makanan.

John, si pemiliki toko kelontong, mengejek wanita itu dan meminta ia meninggalkan tokonya. Sambil menggambarkan kebutuhan keluarganya, wanita itu berkata, “Tolonglah Pak, saya akan membawa uang untuk Anda segera setelah saya bisa!”

John mengatakan kepada wanita itu bahwa ia tidak bisa memberikan pinjaman, karena ia tidak memiliki saham di tokonya.

Berdiri di samping meja itu seorang pelanggan yang mendengar percakapan kedua orang itu. Pelanggan itu berjalan ke arah mereka dan mengatakan bahwa ia akan membayarkan untuk apa pun yang wanita itu butuhkan untuk keluarganya.

Pemilik toko kelontong itu berkata dengan suara sangat enggan kepada wanita itu, “Apakah Anda memiliki daftar belanjaan?”

Louise menjawab, “Ya, Pak.”

“Oke,” katanya, “tempatkan daftar belajaan Anda pada timbangan dan berapa pun berat daftar belanjaan Anda, saya akan memberikan sejumlah itu dalam bahan makanan Anda.”

Louise ragu-ragu untuk beberapa saat dengan kepala tertunduk. Lalu, ia meraih tasnya dan mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu di atasnya. Ia meletakkan selembar kertas pada timbangan dengan hati-hati. Kepalanya masih tertunduk.

Mata pemilik kelontong dan pelanggan itu takjub ketika melihat timbangan itu turun dan terus turun. Pemilik toko kelontong itu menatap timbangan, berkata perlahan kepada pelanggan itu, “Saya tidak bisa percaya.”

Pelanggan itu tersenyum dan pemilik toko kelontong itu mulai meletakkan bahan makanan di sisi lain timbangan.

Ketika timbangan itu belum seimbang, pemilik kelontong itu terus menempatkan lebih banyak bahan makanan di atsnya. Terus, dan terus. Sampai timbangan itu mencapai keseimbangan. Pemilik toko kelontong itu berdiri sambil mengumpat.

Akhirnya, karena penasaran, ia meraih secarik kertas pada sisi lain timbangan dan melihatnya dengan takjub. Itu bukan daftar belanjaan. Sebaliknya, hanya sebuah doa yang tertulis, “Ya Tuhan, Kau tahu kebutuhan saya dan saya meninggalkan ini di tanganMu.”

Pemilik toko kelontong itu pun memberikan seluruh belanjaan sambil berdiri diam tertegun. Louise mengucapkan terima kasih padanya, dan meninggalkan toko. Pelanggan itu menyerahkan uang lima puluh dolar kepada pemilik toko kelontong, dan berkata, “Itu bernilai setiap sen dari itu.”

Beberapa waktu kemudian, pemilik toko kelontong itu mendapati timbangannya rusak. Demikianlah, hanya Tuhan yang tahu berapa berat doa kita. (godslittleacre)

K. Tatik

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks