Renungan Minggu
Minggu, 9 Juni 2019
Hari Raya Pentakosta
Bacaan : Kisah Para Rasul 2:1-11, Korintus 12:3b-7.12-13, Yohanes 14:15-16.23b-26
Suatu ketika ketika bepergian ke sebuah tempat yang baru pernyataan pertama yang umumnya muncul dari orang lain adalah” jangan lupa oleh-olehnya ya!”. Permintaan untuk mendapatkan oleh-oleh terkadang menjadi sebuah beban. Bahkan orang yang meminta oleh-oleh ada kalanya tidak tahu betapa repotnya mencari oleh-oleh karena belum tentu kepergian ini untuk pelesiran. Bisa jadi merupakan sebuah perjalanan tugas atau dinas yang disertai tanggung jawab yang besar. Bisa tuntaskan tugas dengan baik dan landar saja sudah puji Tuhan, nah sekarang ditambah dengan jadwal mencarikan oleh-oleh.
Di sisi lain orang ini pun ketika bepergian tentunya dia ingin menikmati waktunya tanpa harus memikirkan hal-hal yang mengganggu kesenangannya. Maka belajarlah untuk tidak mudah minta oleh-oleh jika tidak ditawari, tidak menitipkan uang untuk menggantinya, dan tidak paham motivasi kepergiannya. Lebih kecewa lagi ketika sudah dibawakan oleh-oleh tidak disertai dengan ungkapan syukur tetapi dengan keluhan “yah, kenapa merk yang ini?”, “yang kayak gini sih udah banyak” atau setelah diberi hanya disimpan saja.
Pada Hari Pentakosta ini, Tuhan Yesus telah menjanjikan oleh-oleh bagi semua pengikut-Nya yaitu Roh Kudus. Roh Kudus ini memiliki kuasa yang luar biasa. “Dialah yang akan mengajarkan kamu segala sesuatu kepadamu dan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”, (Yohanes 14 : 26). Roh Kudus diberikan sebagai ungkapan cinta Yesus. Dia menghadiahkannya sebagai pengingat dan pengajar bagi setiap pengikut-Nya. Hidup setiap pribadi kini dituntunnya untuk hidup dalam Roh Allah dan semua orang yang hidup dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah.
Kuasa Roh Kudus luar biasa. Para murid yang tadinya takut dan sembunyi kini menjadi orang yang berani dengan lantang mewartakan Kristus. Roh Kudus pula melengkapi hidup setiap pribadi dengan berbagi karunia. Hal yang dikisahkan dalam seluruh bacaan minggu ini menegaskan betapa hidup seorang pengikut Kristus diperlengkapi dengan begitu luar biasa. Maka jangan kecewakan Yesus, jangan menyedihkan Roh Kudus, jangan mengkerdilkan kuasa-Nya.
Terkadang kita lupa dengan oleh-oleh (hadiah) yang Tuhan Yesus anugerahkan hari ini. Roh Kudus belum menjadi sebuah daya hidup yang membuat kita bersemangat. Pergi ke gereja masih sering malas-malasan; terlambat misa menjadi sebuah kebiasaan lumrah, main hp saat misa tidak menjadikan kita merasa malu di hadapan Allah, enggan hadir dalam persekutuan iman di lingkungan dan wilayah, malas ikut kegiatan dan pelayanan, malas baca firman, berdoa hanya seperlunya, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menunjukkan betapa miskinnya cinta kita kepada Allah.
Bila para rasul setelah menerima Roh Kudus menjadi pribadi penuh semangat dan totalitas, demikian pula hari ini aku akan menumbuhkan kembali niat dan tekadku mencintai Allah dengan mengaktifkan daya Roh Kudus yang telah dianugerahkan-Nya.
RD David