Sabtu, 31 Agustus 2019 Pekan Biasa XXI Bacaan I : 1 Tes 4: 9-11 Bacaan Injil : Mat 25: 14-30
INJIL hari ini mengangkat kisah perumpamaan tentang talenta. Talenta merupakan ukuran jumlah uang yang digunakan pada masa kehidupan para penulis Perjanjian Baru. Satu talanton (τάλαντον) setara dengan 6.000 dinar. Istilah dinar sama seperti upah satu hari kerja (bdk. Mat 20:2), lalu bila disandingkan dengan satu talenta, berarti sama dengan 6.000 hari kerja. Kalkulasi talenta saat ini dalam rupiah berarti setara dengan sekitar Rp. 7.142.041.972,-.
Mari kita imajinasikan: Bagaimana jadinya bila kita mendapat talenta sebanyak yang didapatkan oleh para hamba dalam Injil hari ini? Berbagai ekspresi emosional pasti muncul. Setidaknya, saya merasakan apa yang dirasakan oleh hamba yang tidak menggandakan talentanya (ay 25).
Matius mencoba memperlihatkan kepada kita bahwa perumpamaan ini terpusat pada adegan penghakiman (ay 19-30). Tapi dalam hal ini, talenta lebih dari sekadar nilai uang. Talenta di sini berarti ‘bakat alam’ yang dapat dikembangkan dengan praktik yang tekun. Ketekunan menjadi buah yang penting bagi seseorang yang diberi ‘rahmat’ oleh Allah.
Bagi saya pribadi, talenta adalah suara cinta. Dalam kompleksitas kehidupan manusia, pasti ada masa di mana kita berada dalam keadaan dilema sebagai seorang hamba. Dalam situasi seperti itu, saya menyarankan agar kita memperdalam suara cinta yang ada dalam hati kita masing-masing.
Dalam Gaudium et Spes artikel 16, suara hati diartikan sebagai ‘inti manusia’, yang menjadi tempat manusia bertemu seorang diri dengan Allah. Maka bila dirimu merasa gundah-gulana dan di ambang kebimbangan, heninglah sejenak dan biarkan suara hati atau suara Allah memancar melalui indera dan akal budimu. Maka pada akhirnya, talenta adalah suara cinta Allah–bukan perkara jumlah, tetapi tanggung jawab kita dalam menanggapi cinta dari Allah.
Dalam Breviloquium, St. Bonaventura menulis “tidak seorang pun yang memiliki Allah, jika ia tidak telah dimiliki Allah secara istimewa. Dan tidak seorang pun yang memiliki dan dimiliki Allah, tanpa mengasihi Allah dan dikasihi Allah dengan cara khusus dan istimewa…”
Allah Bapa yang Maha Baik, kami bersyukur atas limpahan cinta-Mu dalam hidup kami. Semoga kami dapat selalu mengusahakan seluruh talenta kami dan mempersembahkannya bagi kemuliaan nama-Mu. Amin.
Hening sejenak dg meditasikah, Romo?
Meditasi Kristiani bisa menjadi salah satu caranya. Atau sederhananya, cukup dengan meluangkan waktu sejenak di tengah aktivitas untuk berdoa dan merenungkan Sabda Tuhan.