Jumat, 08 November 2019 Pekan Biasa XXXI Bacaan I : Rm. 15:14-21 Mazmur : 98:1,2-3ab,3cd-4 Injil : Luk. 16:1-8
SAUDARA-saudari terkasih dalam Yesus Kristus, dengan semua prestasi dan rekam jejak perbuatan baik yang telah kita lakukan semasa hidup, kita bisa saja menilai bahwa kita adalah pribadi yang sungguh baik. Tetapi, di satu sisi kita juga menyadari bahwa tidak semua hal yang kita lakukan bisa berjalan dengan baik karena sebagai manusia kita pun penuh dengan kelemahan. Kita masih rentan tergoda oleh hal-hal duniawi yang bisa menjerumuskan kita ke dalam dosa. Kerentanan ini terkadang membuat kita berkecil hati; kehilangan keyakinan bahwa kebenaran dan kebaikan akan mampu mengalahkan tipu daya dunia. Akhirnya, kita pun malah menarik diri dari kebenaran itu, dan terhanyut dalam arus duniawi.
Dalam bacaan pertama, kita diajak untuk melihat bagaimana Rasul Paulus menyikapi kelemahannya sebagai manusia. Paulus menyadari bahwa tanpa nasihat dan tulisan-tulisannya pun, jemaat telah dipenuhi kebaikan dan pengetahuan. Akan tetapi, kasih karunia Allah mendorong Paulus supaya berani untuk terus mewartakan Kristus, terutama kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya. Meskipun Paulus merasa agak gentar karena harus melayani di tengah bangsa-bangsa asing yang mungkin akan menolaknya, ia percaya bahwa Kristus sendiri yang akan menuntun perkataannya sehingga semua bangsa bisa mengalami juga kuasa Roh Kudus.
Yesus juga memberi nasihat serupa dalam bacaan Injil. Ia mengingatkan kita bahwa “…anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang” (ay. 8). Melalui perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur, Yesus meminta kita untuk bersikap bijaksana dalam mengelola harta duniawi yang dititipkan kepada kita. Semua berkat duniawi yang berupa prestasi, kekuasaan, ataupun harta benda seharusnya menjadi alat bagi kita untuk mewartakan kebaikan Allah. Hal inilah yang dilakukan sang bendahara: alih-alih menikmati keuntungan sendirian, ia justru menggunakan wewenangnya untuk membantu orang-orang yang berhutang pada tuannya.
Sebagai umat beriman, telah menjadi tugas dan tanggung jawab kita untuk terlibat aktif dalam mewartakan Injil Kristus. Melalui perbuatan-perbuatan kasih, kita mewujudnyatakan berkat dan kasih Kristus yang ditujukan untuk semua orang. Inilah yang Allah inginkan: kebenaran-Nya disampaikan kepada segala bangsa, sehingga tiap manusia pun beroleh keselamatan. Kita tidak mewartakan Kristus yang hanya menjadi tokoh dalam kisah di Alkitab semata, melainkan Kristus yang Roh-Nya sungguh hidup dalam setiap pribadi manusia. Kita tidak lagi memberi ruang untuk keegoisan atau ketakutan yang melemahkan daya, sebab Roh Kudus-lah yang menjiwai semua karya, dan Kristus sendiri menjadi pusat dari segala pelayanan dan pewartaan kita.
Semoga kelemahan-kelemahan tidak lagi menghalangi kita untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan bagi sesama, karena di dalam kelemahan kita, kuasa-Nya menjadi nyata. Tuhan memberkati. (Fr. Wolfgang Amadeus Mario Sara)
Allah yang penuh belas kasih, godaan-godaan duniawi terkadang melemahkan semangat kami sebagai misionaris cinta kasih-Mu. Semoga Roh-Mu senantiasa menguatkan kami untuk tidak gentar mewartakan kebenaran. Amin.