Sang Seniman

Loading

Jumat, 15 November 2019
Pekan Biasa XXXII
Bacaan I : Keb. 13:1-9
Mazmur   : 19:2-3,4-5
Injil    : Luk. 17:26-37

DALAM kehidupan sehari-hari, konsep waktu menjadi pengingat juga penentu bagaimana kita hendak melakukan pekerjaan. Kita sering berkata ‘tidak terasa waktu berjalan begitu cepat’. Ungkapan semacam ini mengungkapkan perasaan kita yang menikmati apapun yang kita lakukan. Tetapi, waktu yang dinikmati belum tentu adalah waktu yang disyukuri, termasuk bersyukur akan Tuhan yang hadir di sekitar kita. Kadang kita menganggap keberadaan-Nya sebagi hal abstrak yang tidak relevan dengan dunia fisik yang bisa kita lihat.

Pada bacaan pertama, penulis Kitab Kebijaksanaan menyebut bahwa yang tolol ialah yang tidak mengenal Allah dan tidak mampu mengenal Allah dari barang maupun pekerjaan yang nyata. Ia menyayangkan sikap orang-orang yang terlalu terpesona hanya dengan apa yang kasat mata, hingga luput menyadari Siapa yang ada di baliknya. Keadaan inilah yang membuat manusia sulit untuk menemukan Tuhan dalam hidup mereka. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya, manusia tidak menyadari kehadiran Tuhan yang selalu mengamati dan menemani dalam tiap hal yang kita lakukan. Tidak hanya sebatas menemukan-Nya dari keindahan alam semesta, sebetulnya kita pun dapat menemukan Allah yang bersemayam dalam diri kita sendiri, karena kita pun diciptakan seturut gambar dan rupa-Nya.

Lalu, dalam bacaan Injil pun Yesus mengingatkan kita akan pentingnya menyadari kehadiran Tuhan yang melampaui segala sesuatu. Dikatakan ‘Barangsiapa memelihara nyawanya, akan kehilangan nyawanya. Barangsiapa kehilangan nyawa, ia akan menyelamatkannya. Hal menarik diungkapkan juga oleh Yesus, yakni ‘Di mana ada mayat, disitu berkerumun burung nasar. Dengan pesan ini, Yesus mau mengungkapkan bahwa dalam kehidupan maupun kematian, Allah tetap setia bersama kita. Kita tidak seharusnya tertipu dengan daya pikat dunia yang hanya sementara ini. Sebaliknya, kita diajak untuk selalu bersiap menyambut hari di mana Anak Manusia menyatakan diri.

Saudara-saudari terkasih, segala keindahan yang ada di dunia ini sesungguhnya hanya bersifat sementara. Sebagai umat beriman, kita perlu menyadari kehadiran Sang Seniman Agung yang ada di balik semua keindahan itu. Hanya Ia-lah yang abadi, dan akan tiba saatnya Ia datang kembali ke dunia. Saat hari itu tiba, Tuhan ingin agar kita semua siap untuk melangkah ke kehidupan baru yang abadi bersama-Nya. Semakin kita terikat dan mencintai kesenangan-kesenangan duniawi, semakin sulit bagi kita untuk memasuki kerajaan-Nya. Oleh karena itu, mari kita sadari juga kehadiran-Nya dalam setiap hal yang kita jumpai. Kita serahkan dan arahkan hidup kita agar senantiasa berjalan di dalam terang kuasa-Nya. Tuhan memberkati. (Fr. Wolfgang Amadeus Mario Sara)


Ya Allah, hanya Engkau-lah yang abadi dan kehadiran-Mu melampaui segala sesuatu. Semoga dalam hidup kami sehari-hari, apapun yang kami lakukan hanya kami perbuat dengan tujuan untuk persekutuan yang abadi dalam Kerajaan-Mu. Sebab Engkau-lah yang memberikan segala kebaikan ini kepada kami, dan bagi-Mu lah semua kemuliaan. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Enable Notifications OK No thanks