Selasa, 2 Juni 2020 Hari Biasa Pekan Biasa IX Bacaan I : 2Ptr. 3: 12-15a. 17-18 Bacaan Injil : Mrk. 12: 13-17
Sebagai manusia tentu kita memiliki kemampuan untuk berelasi dengan orang lain. Mengetahui, mengenal dan dekat dengan orang lain adalah unsur di dalam kehidupan sosial. Tentu beragam orang yang kita temui dan itulah yang menjadi pengalaman kita. Pengalaman ini juga yang menjadi proses bagi kita untuk mendewasakan diri di dalam berelasi dengan yang lain; suatu proses yang tentunya tidak mulus-mulus saja. Banyak sekali peristiwa yang menantang kita untuk semakin dewasa di dalam menanggapinya. Berelasi dengan orang lain pun bukan berarti kita menemukan relasi yang sesuai dengan yang kita inginkan. Bisa saja kita menemukan lingkup relasi yang menyesatkan, relasi yang membawa pengaruh ke arah yang kurang baik, dan lain sebagainya. Atau mungkin kita yang memunculkan atau membawa relasi tersebut kepada orang di sekitar kita. Akan tetapi, dapat juga kita masuk ke dalam relasi yang memang membawa kita ke arah yang lebih baik.
Saudara-saudari yang terkasih, bacaan-bacaan pada hari ini mengajak kita untuk siap menghadapi relasi-relasi yang kadangkala menyesatkan kita. Bacaan Injil mengisahkan tentang orang Farisi dan Herodian yang datang dengan niat untuk menjerat Yesus dengan memberikan pertanyaan. Pertanyaan ini mungkin lebih mengarah menjebak Yesus. Yesus diberi pertanyaan “Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?” (Mrk. 12: 14). Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang menjebak karena bila Yesus menjawab ‘boleh’, berarti Ia mendukung kaisar Roma dan mendukung penjajah bangsa-Nya, sehingga Yesus bisa dikategorikan sebagai pengkhianat bangsa. Sedangkan bila Yesus menjawab ‘tidak’, berarti Yesus melawan kaisar dan bisa dipenjarakan. Akan tetapi, Yesus sudah mengetahui niat busuk mereka maka Yesus menjawab dengan sangat bijak. Pada saat itu, sekaligus menjawab Yesus pun mengajar kepada orang banyak tentang mana yang menjadi hak Allah dan mana yang menjadi hak manusia. Petrus pada suratnya pun sudah memberikan peringatan kepada kita semua bahwa akan ada orang-orang yang memang mencoba membuat kita tersesat. Akan tetapi, Petrus mengingatkan sekali lagi bahwa kita harus tetap berpegang teguh pada Yesus Kristus. “Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh.” (2Ptr. 3:17).
Dalam hidup, sulit bagi kita untuk dengan cepat membedakan mana yang harus diikuti atau diteladani dengan mana yang harus kita jauhi. Hal ini yang menjadi proses bagi kita di dalam membedakan mana yang baik dan buruk. Hari ini, Yesus dan juga murid-Nya, Petrus, mengajak kita untuk menyadari bahwa di sekitar hidup kita ada orang-orang yang memang mencobai kita, menggoda kita, menghasut kita. Akan tetapi, di sini Petrus kembali mengingatkan bahwa di samping banyaknya orang yang seperti itu, ada Yesus yang selalu mendampingi kita bila kita sendiri mau berpegang teguh pada-Nya. Menjadi sebuah refleksi bagi kita dari jawaban Yesus pada bacaan Injil. Apakah kita masih berpegang teguh pada Tuhan bila kita mendapati masalah? Atau justru kita hanya mengandalkan usaha manusia saja untuk melewati masalah kita?
[Fr. Constantin Reynaldo Adja Mosa]Allah Bapa yang Mahakuasa, bantu kami untuk selalu berpegang teguh pada-Mu. Bantu kami untuk selalu dapat terhindar dari orang-orang yang mencobai kami. Amin.