Kamis, 4 Juni 2020 Hari Biasa Pekan IX Bacaan 1 : 2Tim 2:8-15 Mazmur : Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14 Injil : Mrk. 12:28b-34
Siapa yang tidak gembira jika judul dari perkataan ini dikatakan oleh orang yang memiliki Kerajaan Allah kepada kita? Bagi saya, bacaan Injil pada hari ini sungguh berdampak luar biasa. Terutama ketika isu-isu kemanusiaan masih pantas untuk dibahas. Kita masih menemukan orang-orang yang lebih mementingkan besarnya kurban atau persembahan di Gereja dibandingkan dengan mengasihi sesama manusia. Tindakan-tindakan yang bersifat egosentris pun masih masif dilakukan, membuat maraknya tindakan-tindakan yang mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan dengan alasan yang bersifat egosentris, baik individu maupun kelompok.
Melalui akun twitternya, @pontifex, Paus Fransiskus menekankan “peran Roh Kudus untuk memberikan kita cara pandang baru, membuka hati dan pikiran kita untuk menghadapi peristiwa saat ini yaitu bahwa kemanusiaan itu adalah satu. Tidak ada seorangpun yang diselamatkan sendirian”. Keselamatan bukan lagi milik satu-dua kelompok tertentu. Keselamatan adalah milik semua manusia yang mengutamakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Siapa yang tidak mengasihi sesamanya seperti ia mengasihi diri dan kelompoknya, ia tidak akan mencapai keselamatan. Kita percaya bahwa Tuhan menyelamatkan kita di akhirat, tetapi keselamatan itu hendaknya diwujudkan dalam hidup kita di dunia. Kita diajak untuk mengasihi sesama kita dan membantu orang untuk merasakan dan mencapai keselamatan itu. Kita bisa selamat di dunia dan selamat juga di akhirat. Karena tidak jauh, usaha yang sungguh-sungguh dan konsisten dibutuhkan agar kita mencapai Kerajaan Allah. Salah satu tanda bahwa kita berada di Kerajaan Allah adalah kita memiliki relasi yang baik dengan Allah, dengan sesama, dengan diri sendiri. Melakukan tindakan tersebut membuat kita tidak jauh dari Kerajaan Allah.
Walaupun kita tidak mengetahui motif sesungguhnya dari sang ahli Taurat menanyakan pertanyaan mengenai hukum yang terutama kepada Yesus, tanggapan atas jawaban Yesus itu sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang bijaksana. Alangkah baiknya jika kata-kata tersebut juga keluar dari mulut kita. Alangkah indahnya jika kita bisa menghidupi kata-kata tersebut dalam hidup sehari-hari.. Dengan beresnya relasi kita dengan Allah, dengan sesama, dengan lingkungan, dan dengan diri sendiri dapat terjadi jika kita sungguh-sungguh menyadari betapa dahsyat kata-kata tersebut jika sungguh-sungguh dilakukan dalam hidup kita. Akhirnya, dunia tanpa sekat dan dunia yang mampu menghargai perbedaan dapat terwujud.
[Fr. Michael Randy]Allah Maha Pengasih, kami percaya bahwa Engkaulah sumber cinta kasih yang menggerakkan kami. Semoga kami mampu untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan mampu untuk mencintai orang lain seperti kami mencintai diri sendiri.. Amin