Senin, 22 November 2021
Pw. Sta. Sesilia, PrwMrt. (M)
Dan. 1:1-6.8-20;
Mzm.Dan.3:52-56;
Luk.21:1-4
Sepintas, dua peser itu kecil. Tetapi, dua peser bagi janda miskin adalah harta yang sangat besar bahkan dapat membantu menopang seluruh hidupnya selama satu hari. Tetapi, justru dengan dua peser yang ia miliki, ia persembahkan kepada Tuhan. Janda miskin melakukan persembahan dengan rasa yakin dan tanpa ada rasa gelisah. Dari peristiwa ini, saya merefleksikan bahwa bagi janda miskin apapun yang dimilikinya adalah milik Allah, sehingga ia memberikan sepenuhnya tanpa rasa ragu.
Peristiwa yang sama dialami oleh Santa Sesilia sang perawan dan martir yang Gereja peringati hari ini. Santa Sesilia dengan berani menghadapi kemartirannya. Keberaniannya ini membuat Santa Sesilia tampil sebagai contoh gadis Kristen sejati, yang menjadikan hidupnya suatu madah pujian bagi Tuhan; ia dengan tegas dan gembira memilih keperawanan dan lebih senang mati dari pada menyangkal cinta setianya kepada Kristus. Dari peristiwa kemartirannya membuat banyak orang Roma bertobat dan mengimani Kristus.
Saya mencoba berefleksi lebih dalam. Saya menangkap bahwa Sabda Tuhan dalam Injil Lukas dan dalam pengalaman kemartiran Santa Sesilia hari ini ingin mengajarkan ada sebuah cara beriman yang ‘segar’. Pertama, kita hendaknya perlu untuk bersikap lepas dan bebas terhadap apa yang kita miliki. Kita hendaknya mampu menumbuh-kembangkan spiritualitas ikhlas, sehingga tak perlu khawatir akan kefanaan hidup. Kedua, hidup beriman bukanlah suatu harapan untuk mengubah, tetapi berimanlah untuk harapan yang selalu berbuah. Semoga teladan iman janda yang miskin dan Santa Sesilia meningkatkan kualitas cara beriman kita kepada Allah.
Fr. Benedictus Raditya