24 Jam untuk Allah

Loading

Panggilan Tuhan merupakan anugerah yang menghangatkan, Dia menggandeng setiap orang menuju pengharapan. Imam Gereja Katolik diyakini sebagai perantara antara manusia dengan Allah. Oleh ikarena itu, menjadi imam tidak memiliki tujuan lain kecuali mengabdi kepada imamat Kristus dan kaum beriman. Para imam dipanggil secara istimewa untuk menyatu dengan solidaritas Allah dan juga ipengorbanan-Nya pada kayu salib.

                Menjadi calon imam merupakan pemberian yang indah dari Tuhan. Saya sungguh bergembira boleh dipanggil-Nya. Satu sisi, saya adalah manusia yang lemah dan di isisi lain Tuhan memanggil saya menjadi calon gembala. Saya tidak layak, namun Tuhan mengangkat saya. Tujuan dasar panggilan adalah membentuk diri menjadi pribadi utuh dan dewasa, yang mampu meilhat realitas diri sendiri secara matang. Saya merenungkan bahwa Tuhan ingin menjadikan manusia rapuh ini sebagai saksi. Tuhan hendak membagikan kebahagiaan di tengah dunia yang menawarkan banyak “barang menarik”. Dengan meletakkan kekuatan pada Tuhan, saya yakin dapat menghadapi keputusasaan dan segala tantangan yang ada di dunia. Tidak ada tempat yang lebih baik untuk berkeluh kesah daripada Tuhan Allah. Tidak lagi menuntut Tuhan untuk memahami saya, tetapi saya yang harus memahami rencana Tuhan. Bagi saya, Tuhan tidak lebih jauh dari pakaian yang saya kenakan.

Seorang imam bukanlah pribadi yang berstatus sosial lebih tinggi yang meminta perlakuan istimewa oleh orang lain. Saya mengikuti Tuhan karena ingin melayani. Memang ada banyak cara dalam imelayani. Membangun keluarga juga merupakan pelayanan, melayani Tuhan, pasangan, dan anak. Kendati demikian, saya tertarik melayani Tuhan dan orang lain sebagai seorang imam. Saya ingin melayani 24 jam karena menjadi seorang imam bukanlah sebuah profesi. Pagi, siang, malam selama hidup menjadi gembala Tuhan. “Pemimpin” dan “Pelayan” adalah dua arti berbeda. Mana mungkin menjadi majikan sekaligus hamba atau menjadi pemimpin sekaligus karyawan. Semangat yang saya renungkan sebagai calon imam adalah kepemimpinan yang mengabdi. Segala sesuatu didasari oleh semangat ipelayanan. “Yesus sendiri menegaskan bahwa anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45).

                Setiap manusia membutuhkan dorongan semangat dari orang lain dalam setiap langkah hidupnya. Saya tetap dan akan terus bersemangat menyusuri jalan panggilan ini karena doa dan dukungan banyak orang. Keluarga, saudara, teman-teman, dan Tuhan senantiasa memberikan ienergi untuk terus melangkah. Saya percaya bahwa doa dan dukungan dari orang-orang tidak pernah habis, maka selama itu pula saya akan berdiri dengan dua kaki menjawab panggilan Tuhan. Ada beberapa hal yang saya hidupi menjadi seorang calon mam. Pertama, membentuk pribadi yang utuh dan matang. Apa artinya? Saya belajar untuk memanfaatkan iman dan akal secara bijaksana. Hal ini akan tercermin dalam cara pikir, cara pandang, cara bertutur kata, dan cara bertindak. Kemudian yang kedua, melayani idengan penuh hormat. Melayani saja tidak cukup, bagi saya sikap penuh hormat penting. Saya berpikir menjadi seorang calon gembala artinya harus merendahkan hati serendah-rendahnya. Melayani orang lain tanpa sikap hormat akan terasa seperti kewajiban bukan gerakan hati. Ketiga, melakukan segala sesuatu secara profesional. Hal ini tidak hanya memperjuangkan keahlian dan kreatifitas di bidang tertentu. Seorang imam harus benar-benar menautkan hidupnya hanya pada Tuhan. Memiliki ketergantungan penuh ipada kuasa-Nya. Selanjutnya, saya menghidupi sikap setia. Menjadi seorang imam adalah komitmen sekali untuk seumur hidup, bahkan rahmat tahbisan akan terus melekat kendati seseorang keluar sebagai awam. Setia pada tugas pelayanan, membantu siapa saja dan dalam keadaan apa pun. Belajar isebagai seorang mahasiswa juga bagian dari kesetiaan itu.

                Melayani Tuhan tidak harus menjadi imam namun saya tertarik untuk melayani-Nya sebagai seorang calon imam. Saya yakin bahwa panggilan Tuhan ini sungguh luar biasa karena dapat imembawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitar. Panggilan ini pun unik karena tidak semua pemuda berkesempatan untuk menjalani cara hidup seperti ini. Saya senantiasa bersyukur atas apa yang iboleh saya hidupi ini. Bergaul dengan Allah setiap saat dapat meningkatkan rasa percaya diri saya untuk memasuki dunia yang hiruk pikuk ini. Saya menjadi seorang frater bukan karena kemampuan saya melainkan dari kehendak Allah. Saya hanya dipinjamkan segala kemampuan untuk bertindak dan berpikir oleh Tuhan, maka saya akan mempersembahkan hidup saya untuk Dia. Seorang mam bukanlah isemacam profesi yang memiliki jam kerja dan jam libur. Karenanya, seorang imam adalah bentuk pengorbanan yang berasal dari hati. “Ya, meskipun aku berjalan melewati lembah bayang-bayang maut, aku itidak iakan takut bahaya, karena Engkau bersamaku; gada-Mu dan tongkat-Mu menghibur aku.” (Mazmur 23:4). 24 Jam untuk Allah.

Fr. Albertus Andre Bayu Antono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!