Menjadi Gembala Di tengah Perubahan Zaman

Loading

Selasa, 22 Februari 2022

Pesta Takhta Santo Petrus, Rasul

Bacaan I: 1 Ptr 5:1-4

Mzm:  23:1-3a.3b-4.5.6

Bacaan  Injil: Mat16:13-19.

Di tengah perubahan zaman, manusia  seringkali hidup dalam ketakutan karena tak dapat mengikuti roda perubahan yang ada. Ketakutan-ketakutan itu muncul karena tidak ada kesiapan mental dan kedewasaan iman untuk menghadapi segala persoalan.  Mentalitas dan kedewasaan iman perlu dibangun sebagai pondasi dalam menghadapi ketakutan itu. Dalam membangun kesiapan itu dibutuhkan seorang gembala yang mampu menuntun domba-domba yang hidup dalam perubahan zaman. Adanya gembala diharapkan mampu mendorong dan membimbing setiap domba agar nantinya mempunyai mentalitas yang kokoh dan kedewasaan iman.

Saudara-saudari yang terkasih, menjadi gembala memang tidak mudah karena harus mengorbankan  kepentingan dirinya demi domba-dombanya. Seorang gembala harus mengedepankan sikap rendah hati, dengan tidak sombong dan egois. Selain itu, menjadi gembala diperlukan adanya kebijaksanaan dalam mengambil keputusan-keputusan bagi domba-dombanya. Bijaksana juga amat penting baik dalam perkataan maupun perbuatan sehingga dapat menajadi teladan bagi domba-dombanya. Lebih dari pada itu, menjadi gembala harus selalu terbuka dan mau mendengarkan keluh-kesah domba-dombanya.  Kriteria dan prinsip itu amat perlu dihidupi seorang gembala.

Dalam bacaan-bacaan pada hari ini, mengingatkan kepada kita tentang hal yang harus dihidupi seorang gembala. Bacaan pertama mengatakan kepada kita bahwa menjadi gembala tidak karna terpaksa, tetapi dengan sukarela sesuai kehendak Allah. Menjadi gembala dengan tidak mencari keuntungan diri tetapi mengedepankan pengabdian diri demi menjadi teladan bagi domba-domba-Nya. Sedangkan, dalam bacaan injil Yesus menjadikan Petrus sebagai gembala dan pemimpin jemaat-Nya. Petrus adalah salah satu murid Yesus yang mempunyai jiwa penggembalaan. Ia adalah orang yang bijaksana dan rendah hati untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Karena peran Petrus itulah domba-domba tetap hidup dan bekembang dalam perubahan zaman.

Fr. Yakobus Nurwahyudi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks