Jauhi Perasaan Iri, Mari Saling Menghargai

Loading

Rabu, 23 Februari 2022

Pw S. Polikarpus, Uskup dan Martir

Yak. 4:13-17;

 Mzm 49:2-3.6-7.8-10.11

Mrk. 9:38-40

Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan, hari ini injil dari Markus mengisahkan sesuatu yang menarik tentang mereka yang mengusir roh jahat demi nama-Nya itu bukanlah pengikut Kristus. Hal yang menarik bahwa Yesus sendiri membiarkan perbuatan itu, bahkan berkata kepada murid-muridnya untuk tidak mencegah mereka. Sikap Yesus yang seperti itu bukanlah tanpa alasan. Seperti yang tertulis dalam Markus 9: 40, bahwa “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita”. Mereka yang mengakui kuasa Yesus itu bukanlah musuh, sekalipun ia bukanlah bagian dari pengikut Kristus.

Terkadang banyak pengikut Kristus juga yang merasa ragu, apakah benar Yesus adalah Sang Mesias? Bahkan diantara kita yang adalah pengikut Kristus bisa saja saling menyesatkan. Seperti contoh yang sangat sederhana adalah saat ada seseorang yang datang kepada kita untuk minta tolong, namun kita tidak bersedia membantu dia. Begitu juga mengenai hal yang dikatakan Yohanes kepada Yesus “Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita”. Perkataan Yohanes itu sendiri juga bisa menggambarkan kepada kita sifat manusia yang iri. Saat ada orang lain yang berbuat baik, pertama-tama yang muncul dalam diri manusia adalah sebuah komentar. Komentar itu bisa baik dan buruk, namun terkadang komentar itu selalu bersifat buruk. Bahkan sampai mengumpat dengan berkata bahwa perbuatan baik itu karena ingin dilihat baik oleh orang lain, bukan karena tulus dari lubuk hatinya untuk berbuat baik. Umpatan seperti itu adalah sifat iri kepada orang lain dan itu bukanlah sifat yang diinginkan Yesus sendiri.

Lewat injil hari ini mari berusaha menjadi pengikut Kristus yang baik. Mari membangun relasi yang baik dengan semua orang tanpa terkecuali. Meskipun orang itu pengikut Kristus atau bukan, berbuat baik kepada semua orang harus menjadi habitus sehari-hari. Lalu, menjadi orang baik dalam perkataan juga tindakan mencerminkan pengikut Kristus yang baik. Selalin itu, mengasihi dan menghargai sesama demi kehidupan kita sebagai makhluk yang membutuhkan satu sama lain. Tidak perlu menunggu siapa yang lebih dulu harus menghargai, tapi jadilah yang pertama dalam menghargai dan berbuat baik.

Fr. Yohanes Ephifanisius Vinsen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!