Jumat, 11 Maret 2022
Hari Biasa Pekan Prapaskah I
Bacaan : Yeh 18:21-28
Mazmur : Mzm 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8
Bacaan Injil : Mat 5:20-26
“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” Mat 5:20
Dalam kehidupan sehari-hari, mudah bagi kita untuk mengatakan cukup. Memang benar bahwa kata ‘cukup’ tidak selalu negatif karena bisa diartikan sikap ugahari atau tahu diri. Namun, dalam kenyataannya, kata ‘cukup’ kerap kali menyatakan hidup kita yang cepat merasa puas; yang sudah bangga untuk sekadar mengikuti yang standar atau yang biasa-biasa saja; yang tidak mau berusaha menjadi lebih dan melampaui batas; yang tidak mau berupaya menjadi lebih baik di setiap harinya. Itulah budaya ‘cukup’. Itulah situasi konkret yang membuat kita berhenti, stagnan, tidak maju dan sulit berkembang. Kita malas untuk menjadi lebih.
Sabda Yesus hari ini pun menjadi pengingat sekaligus teguran bagi kita untuk tidak memiliki iman yang biasa-biasa saja. Beriman Kristiani itu bukan sekadar ikut standar atau norma seperti ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Pribadi Katolik itu bukan pribadi yang cepat merasa puas dan mudah mengatakan cukup. Lebih daripada itu, menjadi Katolik berarti dipanggil untuk senantiasa menjadi lebih; melebihi dan melampaui aturan yang adalah luaran, untuk mencapai akar dan kedalaman inti menjadi murid Kristus. Bukan sekadar tidak makan/minum, melainkan menahan hawa nafsu dan menyangkal diri. Bukan sekadar hadir di Gereja, tetapi sungguh menghayati dan berpartisipasi penuh, aktif dan sadar dalam Ekaristi.
Menjadi lebih adalah sebuah keutamaan. Dan, pertobatan berarti berupaya menjadi lebih.
Fr. Agustinus Widyawan Purnomo Putra