No Action, Talk Only?

Sabtu, 02 April 2022

Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

Bac I : Yer 11:18-20

Mzm. 7:2-3,9bc-10,11-12;

Injil Yohanes 7:40-52

Ikan Salmon merupakan ikan yang masuk dalam kalangan ikan dengan harga cukup mahal dan sering ditemui dalam olahan makanan khas Jepang. Namun, di balik itu semua kehidupannya dijalani dengan penuh perjuangkan. Setelah menetas dan hidup kurang lebih 1 tahun di sungai, ia akan menempuh perjalanan ke samudera. Ia berpetualang di samudera dengan segala rintangannya, mulai dari perbedaan jenis air sampai predator yang siap memangsanya. Pada akhirnya, ia akan kembali ke sungai dengan melawan arus dan rintangan lainnya seperti menahan lapar, beruang, manusia, bahkan air terjun dengan tujuan utamanya adalah pergi ke hulu dan bertelu lalu mati di sana.

            Dalam bacaan Injil hari ini, kita telah melihat pertentangan di antara orang banyak mengenai siapakah Yesus itu. Beberapa orang memandang Yesus sebagai nabi, yang lain menganggap mesias, dan yang lainnya ingin menangkap Dia. Dalam situasi kebingungan dan tidak berbuat apa-apa, datanglah Nikodemus yang berusaha membela Yesus yang ingin diperlakukan tidak adil. Nikodemus memberikan sebuah tindakan nyata dan bukan sekadar kata-kata. Nikodemus sadar betul bahwa dengan membela Yesus nyawanya juga akan terancam, tetapi ia tetap memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

            Cerita dan bacaan injil yang telah kita simak sebelumnya memberikan sebuah peneguhan kepada kita semua untuk berani menjadi berbeda atau berani melawan arus. Tentunya “berbeda” ini harus didasari pada nilai kebaikan dan kebenaran. Sama seperti Ikan Salmon yang berenang melawan arus demi mencapai tujuan utamanya yang mulia. Seringkali kita jatuh dalam budaya “tidak enakan” ataupun “ikut aja”, sehingga kita terkadang takut untuk menjadi berbeda dari yang lain. Padahal berbeda belum tentu salah dan bersama juga belum tentu benar. Rintangan-rintangan semacam inilah yang harus kita atasi dengan berani. Nikodemus juga telah memberi teladan sikap yang harus diambil, maka inilah saatnya kita menunjukkan taring dengan berani berbeda dan membela kebenaran dengan segenap jiwa dan raga. Siapkah ktia untuk bertindak dan melawan arus kejahatan?

Fr. Jeremia Setiadi/Skolastikat 1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks