Kamis, 23 Juni 2022
Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
Bacaan Pertama : Yes. 49:1-6;
Mazmur Tanggapan : Mzm. 139:1-3,13-14ab,14c-15;
Bacaan Kedua : Kis. 13:22-26;
Bacaan Injil : Luk. 1:57-66,80
Saudara-saudariku, hari ini kita memperingati Hari Raya St. Yohanes Pembaptis. Hari Raya ini unik karena biasanya orang-orang kudus diperingati pada tanggal di mana ia meninggal atau tatkala ia menerima mahkota kemartiran. Namun bisa dilihat setidaknya hari raya yang memperingati kelahiran orang-orang kudus itu hanya ada pada Yohanes Pembaptis, Santa Perawan Maria dan bahkan Tuhan sendiri. Kelahiran Yohanes Pembaptis dirayakan bukan sebagai tambahan akan tetapi sebagai pertanda dimulainya pemenuhan janji Allah kepada Israel. Setidaknya itulah yang nampak dalam Lukas 1: 16-17. Kelahiran Yohanes Pembaptis adalah momen persiapan bagi sang Mesias. Ia menyiapkan jalan dan umat yang layak bagi Allah.
Pada hari ini kita selayaknya merenungkan bersama bahwa Allah selalu memberikan rahmat-Nya yang tidak terduga kepada manusia. Sebagai manusia kadang kita terjebak pada gambaran-gambaran masa depan yang seakan paten dan tidak berubah. Kalau keadaan kita begini sekarang maka kelak akan begitu juga. Padahal itu hanya pemikiran manusia saja. Pemikiran semacam itu nampaknya sedikit pesimistik akan tetapi setidaknya itu tidak terjadi dalam cara pandang kita sebagai orang Kristen. Melalui kelahiran Yohanes Pembaptis hal yang demikian itu patah. Kuncinya satu, terbuka pada dorongan Roh Allah yang bekerja. Di sanalah dibukakan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga terjadi dalam hidup kita. Keterbukaan pada dorongan Roh Allah dapat kita tiru pada Elizabeth. Dia percaya akan janji Allah sebagaimana yang disampaikan oleh Gabriel. Dia menerimanya. Berbeda dengan Zakaria yang meragukannya. Akan tetapi sekalipun mungkin kita saat ini beriman seperti Zakaria, sedikit meragukan kemustahilan dari janji Allah itu pun tidak menjadi soal. Mengapa? Karena suatu saat kita sendiri yang akan menemukan keajaiban janji Allah. Dan bila sudah pada momen itu peganglah janji itu dan hidupilah janji Allah itu. Di sanalah kita menemukan rahmat Allah yang setia. Rahmat yang akan selalu diterima sekalipun terkadang kita mengelak dari pada-Nya.