Bogor, 10 Februari 2015. Komisi kateketik Keuskupan Bogor telah menjadi tuan rumah dalam kegiatan Temu Karya Komisi Kateketik Regio Jawa. Kegiatan ini bertempat di kawasan Mega Mendung yang tepatnya berada di Hotel Prima Resort. Temu Karya Komisi Kateketik Regio Jawa (TK3RJ) dilaksanakan pada tanggal 3 – 6 Februari 2015, yang dihadiri oleh 42 peserta. Tema tahun ini mengusung “Katekese Berjenjang & Berkesinambungan” (KBB), dengan upaya para Komisi Kateketik dapat melawan pergejolakan iman yang semakin krisis dan statis. Pertemuan ini juga dihadiri oleh para Pastor Komisi beserta staf, para frater/bruder dari masing-masing Keuskupan, dan Mahasiswa-Mahasiswi Teologi dari UNIKA Atma Jaya.
Pada hari pertama, para peserta melakukan registrasi ulang pada pkl. 14.00 – 16.00 WIB dan dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi oleh Bapak Uskup Keuskupan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, menjadi Selebran utama didampingi oleh para Pastor Ketua Komisi Kateketik yaitu : RD. Andreas Bramatyo (Keuskupan Bogor), RD. F.X. Sugiyana (Keuskupan Agung Semarang), RD. V. Dwi Sumarno (Keuskupan Bandung), RD. Parjono (Keuskupan Purwokerto), RD. Aloysius Rusdiana Lau (Keuskupan Malang), RD. Yoseph Indra Kusuma (Keuskupan Surabaya), dan terakhir RP. Leo Sugiyono, MSC sebagai tamu undangan, yang menjabat Sekretaris Eksekutif KWI. Bapa Uskup menyampaikan ungkapan pribadinya untuk pertemuan ini, bahwa “Katekese perlu dikembangkan, dan kita perlu SDM yang mumpuni”. Hal tersebut disepakati oleh para Rm. Dwi selaku Ketua Komisi Kateketik Regio Jawa sebagai sambutan. Kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah yang dirangkai dalam Makan Malam, dan Foto bersama di pelataran aula sebagai tanda kenanangan. Setelah kegiatan ramah tamah selesai, acara dilanjutkan dengan audiensi bersama Bapa Uskup yang membahas Spiritualitas Katekese di zaman Global ini. Bapa Uskup menyadarkan kembali makna katekese, dan memberikan semangat bagi “Penggiat” Katekese agar ajaran Kristus mengakar di dalam hidup umat. Pada Sesi ini peserta sangat antusias bertanya juga berdiskusi. Sesi yang dipandu oleh RD. Yoseph berjalan kurang lebih satu jam, tanpa hambatan.
Pada hari kedua, jadwal kegiatan cukup padat, mengingat semua pokok bahasan akan dibahas pada hari itu. Kegiatan dibuka dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RD. Parjono, dan petugasnya ialah rekan-rekan Katekisnya. Sesi selanjutnya, giliran RD. Dwi memandu jalannya sesi yang isinya sebuah sharing atau laporan kegiatan katekese di masing-masing Keuskupan. Para katekis menyampaikan kegiatan yang telah dijalani, dan peserta lain diminta untuk menanggapi dengan pertanyaan informatif. RD. Rudy Hartono (Ketua Komisi Kateketik KAJ) yang baru sampai pada malam hari bersama RD. Teja dari Keuskupan Agung Semarang, menyampaikan usulan agar semua Komisi Kateketik dapat menjalani KBB dengan Terpadu. Hal ini beliau sampaikan sebagai keprihatinan masih banyak Pastor Paroki di KAJ yang belum mengerti pentingnya Katekese. Sesi pertama dapat berjalan dengan baik, dan para peserta beristirahat sejenak sebelum Sesi selanjutnya disuguhi oleh Psikolog mumpuni, yaitu Ibu Lucia Royanto, M.Psi. Beliau ialah dosen Psikologi Perkembangan di UNIKA Atma Jaya dan Universitas Indonesia. Beliau juga aktif di salah satu Paroki kawasan Jakarta, sebagai Katekis Volunter. Pada sesi ini, beliau kembali menyadarkan para peserta agar pengajaran dan pewartaan diberikan sesuai dengan porsi juga kondisi umat. Lebih tepatnya lagi, agar Katekese dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan umur. Pada sesi ini, peserta meminta penjelasan dari Ibu Lucia mengenai metode yang baik bagi anak-anak. Ibu Lucy memberikan “kunci” kepada para peserta yaitu, Bahasa. Bila kita menggunakan bahasa yang baik dan benar maka, umat kita kan menjadi umat yang baik dan benar juga. Begitu pula ketika kita berkatekese atau mewartakan iman, tentunya kita harus bisa berbahasa sesuai dengan jenjangnya. Moderator pada sesi ini ialah Andreas Wibawa dari KAJ yang memandu dengan sangat ciamik dan luwes.
Sebelum mereka istirahat siang, suasana semakin semangat dengan kehadiran Bpk. Stevanus Rizal. Pak Rizal sapaan hangat beliau ini, menyajikan sebuah sesi yang sangat memotivasi para peserta. Kali ini, para peserta benar-benar bereksplorasi atas materi yang disampaikan. Peserta diajarkan untuk bermetode katekese dengan gembira oleh Pak Rizal, yang biasa dikenal sebagai motivator. Setelah mereka beristirahat siang, sesi dilanjutkan dengan materi inti pertemuan ini. Sesi yang menjelaskan mengenai tema ini. RP. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ sebagai pembicara di damping oleh RD. Luis dari Malang. Sesi ini disajikan agar para peserta memahami, mengerti, memaknai, dan menghayati KBB. RP. Hery sapaan hangat beliau mengambil inti pembahasan ini dari buku “Formatio Iman Yang berjenjang” dan “Direktorium Formasio Iman Keuskupan Agung Semarang”. Maksud dan tujuan dari mempelajari KBB agar Formasio (Hirarki dan Katekis) dapat menjawab tantangan zaman yang semakin tak menentu. RP. Hery menyampaikan bahwa KBB sangat cocok untuk memperbaiki situasi pembinaan iman di paroki yang nampaknya belum terpenuhi secara baik. Situasi di paroki memperlihatkan melupakan 5 pilar Gereja, dan hanya mengedepankan sisi Liturgisnya saja. Dalam hal lain, RP. Hery mengandaikan bahwa proses katekese “jangan sembarangan”. Artinya semua harus sesuai dengan metode dan jenjangnya. Pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan akhirnya umat dapat menumbuhkan iman dan memahami pengetahuan iman.
Hari selanjutnya para peserta disuguhi dengan sesi penyegaran di Jungle Land Sentul. Para peserta hampir seharian melakukan aktifitas di sana dan dilanjutkan berburu wisata di Kota Bogor. Para peserta terlihat sangat menikmati sesi ini, dan hampir lupa bahwa kegiatan selanjutnya masih ada. Selanjutnya mereka secara berkelompok berdiskusi dan mepresentasikan mengenai usulan KBB yang dapat di jalani oleh Komisi Kateketik. Mereka dibagi menjadi enam kelompok, dari berbagai keuskupan. Mereka secara umum memberikan sebuah usulan yaitu, Gereja perlu memperhatikan Katekese untuk lebih lagi. Selain itu nampaknya Komisi Kateketik memerlukan alokasi dana yang jelas dari Keuskupan, untuk pengembangan Katekesenya. Bukan hanya pewartaannya, melainkan untuk Katekisnya. Gereja perlu meperhatikan Katekese yang berkelanjutan. Contoh, Mystagogi perlu ditekankan kembali, katekese sakaramen non inisiasi, katekese untuk OMK, katekese untuk lansia, dan katekese bagi orang yang berkebutuhan khusus.
Pada hari terakhir, Komisi Kateketik masing-masing Keuskupan kembali berdiskusi bersama, untuk membahsa rencana tindak lanjut program mereka. Mereka juga mengusulkan tema pertemuan selanjutnya dan juga para pembicaranya. Selain itu RP. Leo sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Kateketik KWI mengusulkan tema selanjutnya masing ada dalam bahasan tema ini.
Sebagai penutup, pertemuan ini diharapkan akan terus ditindaklanjuti oleh masing-masing Keuskupan agar Katekese Berjenjang dan Berkesinambungan dapat diwujudkan pada masing-masing Keuskupan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya acara Temu Karya Komisi Kateketik Regio Jawa ini. (RJD).