“Family Weekend: Keluarga Sumber Sukacita”
Keuskupan Bogor pada tanggal 3 s/d 5 juli 2015 Komisi Keluarga mengadakan family weekend yang bertempat di Cikanyere. “Keluarga Sumber Sukacita” adalah tema yang diangkat dalam acara ini. Acara family weekend dihadiri oleh 421 peserta. Acara diawali dengan ekaristi oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur, beliau di dampingi RD. Alfonsus Sutarno, RD. Yustinus Monang Damanik dan RD. Sutrisno. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembukaan secara simbolis oleh Mgr. Paskalis, dengan menyalakan kembang api. Sesudah acara pembukaan dilanjutkan dengan santap malam, sesudah makan malam dilanjutkan dengan perkenalan dan pemaparan tentang maksud diadakannya family weekend tersebut. Acara hari pertama ditutup dengan adorasi di kapel dan dilanjutkan dengan istirahat.
Di hari kedua, acara diawali dengan perayaan ekaristi oleh RD. Sutrisno. Setelah itu, dilanjutkan dengan makan pagi dan pukul 08.00 s/d 09.30 WIB diisi Sesi pertama oleh Mgr. Paskalis berkaitan dengan potret kondisi terkini keluarga Keuskupan Bogor. Sesi pertama ini, peserta dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri dari anak-anak di bawah 10 tahun, kelompok kedua umur 11tahun sampai remaja dan kelompok ketiga terdiri dari peserta yang sudah dewasa sampai yang sudah tua. Kegiatan setiap kelompok berbeda. Kelompok pertama didampingi oleh kakak pembina, mereka diajak bermain bersama, sedangkan kelompok yang kedua didampingi oleh para frater, peserta diajak untuk jalan-jalan mengelilingi biara CSE. Mereka diperkenalkan tempat-tempat dan para frater-frater juga memberikan gambaran tentang panggilan sebagai biarawan. Kelompok yang terakhir bersama Mgr. Paskalis, peserta diberikan gambaran tentang potret kondisi terkini keluarga di Keuskupan Bogor.
Sesi kedua oleh Prof. DR. Richardus Eko Indrajit yang didampingi oleh istri tercintanya yaitu Lisa Arianto. Tema yang beliau paparkan berkaitan dengan keluarga bersukacita dengan media digital. Media digital sering dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Akan tetapi, ketika media digital dilihat dari cara pandang yang positif, media digital menghadirkan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Media digital menjadikan seseorang merasa dekat dengan orang-orang yang jauh jaraknya seperti hidup dengan tetangga dan menjadikan seseorang terlibat dan terhubung satu dengan yang lain. Lewat media digital, Gereja juga dapat dihadirkan. Media digital juga menjadikan komunikasi antar sesama menjadi dekat, seseorang dapat memberikan harapan dan membagikan sukacita kepada yang lainnya. Akan tetapi, semua itu dibutuhkan sebuah kebijaksanaan dari pihak manusianya. Oleh karena, media digital sebagai alat, artinya bisa digunakan sebagai sarana untuk kebaikan tetapi juga dapat dijadikan sebagai alat tindak kriminal.
Sesi ketiga oleh RP. Yohanes CSE, tentang rekonsiliasi keluarga dan Sesi keempat dibawakan oleh RD. Yohanes Driyanto tentang alasan keluarga bersukacita. Perkawinan sering dipahami sebagai kebahagiaan. Sehingga, ketika seseorang tidak mengalami kebahagiaan dalam perkawinannya, maka seseorang dengan mudahnya ingin mengakhiri perkawinannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh pemahaman yang benar tentang perkawinan perlu melihat dalam kitab kejadian “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia ( Kej 2:18). Di dalam kitab kejadian tidak dijelaskan bahwa tujuan menciptakan “pribadi lain” untuk kebahagiaan. KHK tahun 1983 kan 1055 § 1, Tujuan perkawinan adalah : kebaikan pasangan atau suami istri, kelahiran dan, pendidikan anak. Ketiga tujuan itu menjadi satu dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu, untuk kebaikan pasangan, langkah yang ditempuh adalah: benevolence, partnership, companionship, friendship dan, care. Sedangkan berkaitan dengan kelahiran meliputi: hubungan seksual yang wajar dan manusiawi, ungkapan dari pemberian diri yang utuh, orang tua yang bertanggung jawab dan keluarga berencana alamiah “hubungan seksual yang dilakukan berdasarkan siklus biologis”. Bagian terakhir yaitu pendidikan anak yang meliputi: fisik, moral, intelektual, sosial dan kultural.
Identitas dan misi perkawinan: apakah perkawinan itu, jawabannya ada dalam kitab kejadian yaitu dua pribadi menjadi satu daging (kej 2:24). Konsili vatikan II menyatakan sebagai komunio hidup dan kasih, sedangkan dalam kan. 1055§1 menyatakan bahwa perkawinan adalah kesenasiban seluruh hidup. Selanjutnya melihat misi dari perkawinan, misi berhubungan dengan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh orang yang merengkuh hidup perkawinan. Misi tersebut berbentuk menjaga, menyatakan dan mengkomunikasikan kasih. Oleh karena di dalam perkawinan itu ciri hakikinya adalah unitas (perkawinan monogami, subyek satu keluarga mandiri dan pasangan kekasih yang tetap) dan indissolubilitas (sekali orang masuk dalam perkawinan, mereka tidak mungkin keluar dari perkawinan itu). Hidup berkeluarga juga sebagai panggilan dari Allah. Oleh karena itu, sudah seharusnya seseorang yang menempuh hidup berkeluarga dengan segenap hati, akal budi, jiwa dan, tenaga sekaligus terbuka, rela dan bersedia bekerjasama dengan rahmat Tuhan. Menjelang malam, acara dilanjutkan dengan pentas seni dan hiburan.
Di hari terakhir (hari ketiga) family weekend, sesi dibawakan oleh RD. Alfonsus Sutarno dengan tema kabar sukacita tentang keluarga. Ada bermacam-macam alasan orang menjadi bersukacita, antara lain ketika seseorang memiliki, mendapatkan, merasakan, kemampuan dan, dapat tampil seperti yang diharapkan. Akan tetapi ketika seseorang ditanya, apakah ketika memiliki, merasakan, mendapatkan, kemampuan dan tampil seperti yang diharapkan itu, seseorang merasa bahagia? Jawabannya bermacam-macam, bisa iya dan bisa tidak, artinya bahwa sesuatu yang diatas itu tidak mutlak. Sukacita yang sejati tecipta lewat perjumpaan dengan Yesus. Mereka yang bersukacita adalah orang-orang yang menerima tawaran penyelamatan, dibebaskan dari dosa, penderitaan, kehampaan batin dan kesepian. Injil secara terus menerus mengajak kita untuk bersukacita. Oleh karena itu, supaya kita bersukacita maka kita harus selalu memperbaharui perjumpaan dengan Yesus atau membiarkan-Nya menjumpai kita.
Setelah tiga hari bersatu dalam kebersamaan acara family weekend, peserta diutus untuk menjadi pembaharu-pembaharu di dalam keluarga supaya kehidupan keluarganya menjadi sumber sukacita. Kini, peserta harus menjadi agen perubahan yang mampu menghadirkan sukacita itu. Setelah sesi kelima, peserta menyempurnakan acara itu dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur.
Fr. Gregorius