Gembira Dengan Perbedaan : Road to Indonesian Youth Day 2016

“Tidak mudah untuk memahami apalagi menerima perbedaan. Kerap kali kita bersikap antipati terhadap perbedaan. Namun, ibarat pelangi maka perbedaan dapat menjadi indah adanya”

15Demikian yang menjadi topik dalam talkshow “Gembira Dengan Perbedaan-Road to Indonesia Youth Day 2016” yang diadakan pada Minggu (21/2/2016) di Unika Atmajaya. Acara ini tidak hanya menampilkan talkshow, tapi juga sosialisasi Indonesia Youth Day 2016 dan ekaristi, terselenggara berkat adanya kerjasama antara Komisi Kepemudaan KWI dengan Unika Atmajaya, Jakarta.

Rangkaian acara pada hari itu diawali pada pukul 09.00 wib, dengan kata sambutan dari Rektor Unika Atmajaya, Jakarta, yaitu Dr. Agustinus Prasetyantoko yang memaparkan bahwa acara pada hari ini sangat baik karena dengan bertemunya kaum muda dari banyak tempat, maka akan dapat saling bertukar pikiran dan bercerita pengalaman. Selain itu apa yang dapat kaum muda berikan untuk bangsa dan negara ini karena kaum muda juga merupakan bagian dari bangsa dan negara. Bahkan para pendiri Unika Atmajaya dengan tegas menyatakan bahwa Unika Atmajaya didirikan untuk Tuhan dan tanah air. Jadi hendaknya kaum muda dapat keluar dan menghadapi perbedaan dimana kepedulian kaum muda akan diuji serta dapat memberikan kontribusi yang terbaik bagi bangsa dan negara ini.

17Pada awal kata sambutannya, RD. Antonius Haryanto menyatakan sukacita dan rasa terima kasih beliau atas terselenggaranya acara yang merupakan kerjasama antara Unika Atmajaya dengan Komisi Kepemudaan KWI. Lalu beliau menjelaskan bahwa hendaknya kaum muda senantiasa gembira dengan perbedaan karena tiap pribadi telah berbeda sejak dilahirkan namun kita disatukan sebagai pengikut Kristus dan akan keluar serta disatukan sebagai bangsa Indonesia. Ada 4 arahan yang akan dicapai oleh Komisi Kepemudaan KWI pada tahun ini yaitu kewirausahaan (entrepreneurship) khususnya social enterpreneurship, sosial kemasyarakatan yakni berkaitan dengan Undang-Undang Desa selain itu juga akan diadakan jambore untuk kaum muda se-nusantara pada 8-10 April 2016, kaderisasi bagi para penggerak kaum muda di keuskupan-keuskupan dan katekese yakni termasuk penyelenggaraan youth day oleh 22 keuskupan di Indonesia. Lalu tahun ini akan diadakan Indonesian Youth Day pada 1-6 Oktober 2016 di Manado. Berbagai penyelenggaraan youth day ini merupakan pergerakan kaum muda yang mengupayakan bersama sebagai pengikut Kristus untuk berbagi kebahagiaan dan sukacita. Oleh sebab itu Indonesia Youth Day 2016 ini mengangkat tema  “OMK : Sukacita Injil di Tengah Masyarakat Indonesia Yang Majemuk”.

Rasanya kurang lengkap jika kita berbicara mengenai perbedaan namun kita tidak menghadirkan perbedaan di tengah-tengah kita. Untuk itu panitia turut mengundang Kelompok Pencak Silat dan Marawis dari Pondok Pesantren Hurin’in asuhan Ustadz Baihaqi. Tentu saja penampilan mereka menarik perhatian dari kaum muda dan hadirin yang hadir saat itu. Nampak kaum muda beserta para romo dan hadirin menyaksikan dengan antusias, jurus-jurus silat yang ditampilkan juga mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh kelompok tersebut. Lagu-lagu yang dinyanyikan bukan hanya aliran qasidah tapi juga pop dengan iringan alat musik kecapi dan marawis. Usai penampilan anak-anak asuhannya, Ustadz Baihaqi menjelaskan bahwa anak-anak asuhannya adalah anak-anak yang beliau selamatkan dari “lingkaran setan” di Tanah Abang. Tentu sudah banyak yang mengetahui bahwa daerah Tanah Abang adalah daerah yang “dekat” dengan prostitusi, premanisme dan narkoba. Sehingga beliau berharap anak-anak asuhannya tidak terjerumus ke dalam hal-hal buruk dan dapat melakukan hal-hal yang berguna bagi masa depan mereka. Selain itu, beliau juga mengungkapkan bahwa dengan adanya kunjungan mereka ini, maka diharapkan akan membuka pandangan dari umat kristiani terhadap umat muslim yang kerap kali diberi stempel “teroris”. Beliau juga mengungkapkan bahwa sesungguhnya ajaran Islam bukanlah seperti itu. Islam juga mengajarkan cinta kasih.

Usai menyaksikan pencak silat dan mendengarkan lagu-lagu dari kelompok marawis, MC pun segera memanggil Christian Reinaldo yang akan bertindak selaku moderator dalam talkshow. Adapun Christian Reinaldo merupakan presenter yang kerap kali membawakan acara-acara di stasiun-stasiun televisi swasta, seperti Trans TV. Lalu beliau memanggil para narasumber yaitu RD. Benny Susetyo selaku Sekretaris Dewan Nasional Setara, Surya Tjandra selaku Dosen Hukum Unika Atmajaya dan Yunita selaku Manajer Kreatif dan Kampanye Jakatarub (Jaringan Kerja Antar Umat Beragama). Para narasumber ini akan berbagi kisah, pengalaman dan pemikiran mereka atas pengalaman hidup mereka, tentunya yang berkaitan dengan perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Romo Benny yang mendapat kesempatan pertama menghimbau kaum muda untuk tidak merasa minder sebagai kaum minoritas di negeri ini. Namun, hendaknya kaum muda mampu untuk menunjukkan kualitas 2 kali dibanding yang lain. Selain itu juga hendaknya kaum muda berani keluar dari altar menuju pasar dimana perbedaan itu berada sehingga dengan begitu maka kaum muda dapat bekerjasama dengan banyak perbedaan itu sendiri. Mungkin awalnya perbedaan itu terkesan menakutkan bagi kita, tapi jika kita telah duduk bersama dan berdialog maka bukan tidak mungkin kita akan dapat memahami bahkan menerima perbedaan itu. Mgr. Soegijapranoto pernah berkata, “hendaknya kamu 100% katolik 100% Indonesia. Hendaknya umat katolik dapat berperan dalam banyak bidang kehidupan di masyarakat, sekecil apapun peranan itu”. Selain itu Paus Fransiskus pernah berkata “pergilah dan bersihkanlah ruang-ruang yang kotor”. Tentu arti “ruang yang kotor” disini bukanlah arti yang sesungguhnya.

Lalu, Surya Tjandra berbagi kisah dan pengalaman beliau saat beliau menjalani fit & proper test sebagai Calon Pimpinan KPK.

Terakhir, Yunita berbagi kisah bagaimana beliau sebagai orang Tionghoa pernah hidup dalam traumatik usai kerusuhan pada tahun 1998. Peristiwa yang menjadi catatan hitam bagi bangsa ini tentu telah menorehkan luka dan trauma mendalam bagi masyarakat Tionghoa yang menjadi sasaran amuk dan penindasan dari para oknum yang tidak bertanggung jawab.

Sehubungan dengan keterbatasan waktu, panitia hanya membuka sesi tanya jawab bagi 3 peserta. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana menanggapi adanya pertanyaan dari umat beragama lain terhadap hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan kita tanpa memicu perdebatan apalagi pertengkaran. Pertanyaan ini pun langsung dijawab oleh Romo Benny, bahwa hendaknya pertanyaan yang berkaitan dengan keyakinan yang kita anut, dijawab dengan santai dan tidak perlu berdebat, sebab iman adalah pengalaman pribadi yang tidak perlu diperdebatkan. Dialog kehidupan hanya ada bila iman diaktualisasikan dalam kehidupan.

1Usai talkshow dan sesi tanya jawab, panitia memberikan plakat sebagai tanda penghargaan pada moderator dan ketiga narasumber yang diserahkan oleh RD. Hardi. Pada pukul 12.30 wib, ekaristi diadakan secara konselebrasi dengan selebran utama RD. Hardijantan Dermawan selaku Pastor Unika Atmajaya dengan didampingi oleh RD. Antonius Haryanto dan RD. Benny Susetyo. Dalam homilinya, Romo Hary memaparkan Yesus mengajarkan kita untuk “turun ke bawah” meskipun kita telah berada di posisi puncak yang nyaman. Ini sesuai dengan Bacaan Injil dari Lukas 9:28-36, dimana Yesus menampakkan kemulianNya di atas gunung. Namun, saat para muridNya hendak membangun kemah, justru Yesus mengajak mereka untuk turun ke bawah. Jadi, hendaknya kaum muda pun dapat membuka sekat-sekat kehidupannya dan turun ke bawah. Di tengah homili, beliau kembali memanggil Kelompok Marawis untuk bernyanyi lagu “Ilir-Ilir” dari Jawa Tengah.

Setelah ekaristi, panitia membagikan lunch box pada seluruh peserta. Sambil menikmati makan siang, panitia menampilkan video Indonesian Youth Day 2012 yang telah diadakan di Sanggau, Kalimantan Barat, serta berbagai persiapan Indonesian Youth Day 2016. Selain itu juga diperdengarkan CD yang berisi lagu-lagu karya OMK dari berbagai keuskupan di Indonesia. Ya, beberapa waktu yang lalu telah diadakan kompetisi mencipta theme song dan dimenangkan oleh OMK dari Keuskupan Tanjung Karang, Lampung.

Rangkaian acara pada hari itu ditutup dengan pembagian sertifikat pada seluruh peserta dan foto bersama. (net)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks