Bogor – Keuskupan : Kamis, 11 Mei 2017, bertempat di Sekolah Marsudirini, Kompleks Perumahan Telaga Kahuripan, Bogor, umat Keuskupan Bogor merayakan Minggu Panggilan Sedunia dengan Tema “Keluarga Rahim Panggilan”.
Untuk kegiatan tersebut maka dari tiap-tiap paroki se-Keuskupan Bogor mengirimkan wakil-wakil BIA, BIR, OMK, Keluarga, dan Lansia, yang pada akhirnya dikelompokkan sesuai kategorialnya. Dan masing-masing kelompok didampingi oleh para frater dan suster.
Di kelompok BIA; anak-anak bergembira dan bernyanyi bersama panitia. Kemudian mereka juga dihibur oleh Mameoda, sang maskot Keuskupan Bogor. Mamedo menceritakan salah satu kisah dalam Kitab Suci, tentang Simon Petrus si penjala manusia.
Di kelompok BIR. Kelompok ini dibagi menjadi dua, BIR 1 dan BIR 2. BIR 1 beranggotakan remaja yang masih bersekolah di Kelas 4 dan 5 SD. Sementara BIR 2 Kelas 6 dan SMP.
Di Kelompok BIR 1. Para remaja ini mendengarkan sharing panggilan dari frater dan suster pendamping. Kemudian mereka dibagi dalam dua kelompok yang lalu memperagakan kisah Simon si penjala manusia dengan saling melemparkan pertanyaan.
Di Kelompok BIR 2. Setelah mengadakan perkenalan satu sama lain, para remaja ini dibagi dalam kelompok-kelompok. Dalam kelompoknya mereka diberi tugas untuk berbagi peran memainkan satu cerita yang sudah disiapkan oleh panitia. Selanjutnya di hadapan teman-teman yang lain mereka memperagakan peran tersebut.
Di Kelompok OMK. Setelah perkenalan dilanjutkan pembagian kelompok dengan membahas tentang OMK bilakah menerima panggilan dan bagaimana reaksi para OMK terhadap panggilan. RD Untung bersama Bapa Uskup yang mengunjungi kelompok ini berpesan kepada OMK bila menjawab panggilan menjadi imam, maka jadilah penerima panggilan yang benar. Dan bila menjawab panggilan menjadi keluarga, maka jadilah keluarga yang baik dan benar.
Di kelompok Pasutri. Setelah acara perkenalan, pasangan suami-istri ini disuguhkan video yang menceritakan tentang Panggilan menjadi Pastor dan bagaimana reaksi orangtua-orangtua bila anaknya terpanggil menjadi imam. Bermacam reaksi ditampilkan dalam video tersebut. Lalu bagaimana reaksi keluarga-keluarga dalam kelompok ini? Banyak yang menjawab dengan senang hati bila anaknya terpanggil menjadi imam, meski ada pula yang menjawab biarlah anak orang lain yang menjadi imam.
Di kelompok Lansia. Jangan salah, meski secara fisik sudah lanjut usia, tapi bapak/ibu lansia perwakilan dari masing-masing paroki ini masih bersemangat untuk bermain bersama para panitia. Permainan dibuka dengan menuliskan nama masing-masing pada secarik kertas, lalu diputar ke sebelah kanannya dan diberikan sebuah kata kerja pada nama mereka masing-masing.
Pada kesempatan ini Bapa Uskup Mgr. Paskalis Bruno Syukur, yang berkeliling di setiap kategorial, menyampaikan terima kasih atas kesediaan hadir dalam kegiatan ini. Ketika Bapa Uskup menanyakan adakah para lansia ini yang anaknya mengikuti panggilan khusus, atau menjadi Pastor, ternyata cukup banyak juga orangtua yang mengangkat tangannya. Bapa Uskup menyatakan bahwa menjadi keluarga pun merupakan panggilan. Beliau meminta para lansia ini mendoakan agar makin banyak panggilan menjadi imam terutama di Keuskupan Bogor.
Setelah itu, para lansia ini dibagi menjadi sepuluh kelompok. Mereka diminta untuk membahas pertanyaan bahagiakah mereka di usia lanjut usia dan apakah yang dapat dilakukan untuk gereja di usia lanjut mereka.
Hampir semua lansia mengatakan bahwa mereka cukup bahagia di usia lanjut mereka. Mereka merasa bahagia karena sudah mendidik anak-anak mereka sesuai dengan kehendak Tuhan. Ada orang tua yang mengatakan karena mereka aktif di gereja justru menjadi tetap sehat. Meski ada juga orang tua yang mengatakan mereka dilarang oleh anak-anaknya yang masih muda bila tetap aktif di gereja karena takut orang tua ini kecapekan.
Walaupun sudah lanjut usia, tidak menghalangi mereka untuk tetap aktif di gereja, seperti menjadi prodiakon, ketua lingkungan atau ketua wilayah, bagian dari anggota koor, bahkan masih bergabung dalam WKRI. Meski ada juga sebagian yang menjadi MC alias momong cucu, tapi mereka mengatakan meskipun capek ya tetap bahagia.
Setelah pembahasan di masing-masing kategorial, kami pun berkumpul kembali untuk makan bersama. Dilanjutkan dengan pementasan Wayang oleh dalang cilik Ki Dalang Teto dengan lakon “Kresna Duta”. Selama satu setengah jam kami disuguhkan permainan apik dalang cilik tersebut.
Perayaan Minggu Panggilan ini ditutup dengan Perayaan Ekaristi dengan konselebran utama Bapa Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, bersama lima belas Pastor di Keuskupan Bogor.
Saat homili, Bapa Uskup turun dari altar lalu menuju kepada seorang anak BIA. Beliau bertanya apa maksud dari apa yang dilakukannya. Beliau mengatakan demikianlah misteri khusus akan Hari Panggilan. Sama halnya Allah yang turun di antara kita dengan berjalan-jalan lalu melihat anak-anak dan memanggil mereka untuk mengikutiNya.
Panggilan ini mengajak siapa yang memanggil kita yaitu Yesus yang kita imani yang turun dari surga dan berjalan di dunia ini. Yesus yang berjalan ke kampung-kampung lain untuk memanggil kita.
Sementara, Paus Fransiskus mengajak para imam untuk menjadi gembala yang berbau domba, yaitu yang berjalan-jalan, tidak berdiam diri saja, mencari domba-domba yang ditemukan dalam perjalanannya untuk mengikutinya. Seperti Yesus, yang dalam perjalananNya berbicara, bercerita, dan menyampaikan pesan. Yesus berjalan sambil membawa berkat dan memanggil orang-orang untuk mengikutiNya, seperti halnya Simon Petrus yang dijadikanNya menjadi penjala manusia. Yesus memanggil kita untuk berkarya bersama.
Panggilan bukan hanya untuk menjadi frater atau suster saja, tetapi berkeluarga juga panggilan Allah kepada kita. Pasutri berbicara dari pengalaman menjalani kehidupan keluarga, yang terpenting adalah tetap mengimani Katolik.
Paus Fransiskus mengajak kita untuk mengabarkan kabar sukacita dan perdamaian. Mari kita menjadi orang Katolik yang bersukacita. RD. Lucius Joko dari Komisi Karya Kepausan mengajak kita untuk berdoa agar para imam tetap setia dan tumbuh benih-benih panggilan. Para pasutri diminta berdoa agar anaknya boleh menerima panggilan khusus, yaitu menjadi imam, suster, atau bruder. Sementara OMK diminta untuk mendekatkan diri kepada Yesus agar ketika dipanggil menjawab “Ya”.
Kegiatan hari ini pun ditutup dengan Berkat Pengutusan dari Bapa Uskup untuk kita lebih mewartakan kabar sukacita Yesus kepada orang banyak. (K. Tatik)