Cisarua-Keuskupan : Hidup Kristiani adalah hidup di dalam Kristus. Hidup Kristiani merupakan gerakan menuju kepada Allah melalui Kristus dalam Roh. Demikianlah yang dapat disimpulkan tentang apa itu spiritualitas secara serba singkat. Spiritualitas digunakan untuk menggambarkan banyak cara, pola, atau model yang berbeda yang menjadi sarana orang mengalami yang Ilahi. Bagi hidup Kristiani, tentu saja hal itu dibingkai dalam kerangka untuk mengalami, menyelami, dan memupuk hidup dalam Kristus. Panggilan hidup sebagai religius atau imam mau menjadikan semangat Injil sebagai pilihan hidup yang dihayati secara total, radikal, dan konsekuen dengan hati yang tidak terbagi dan terpusat pada Tuhan. Dalam pengertian itulah pendidikan, pembinaan, atau pembentukan (formatio)calon imam sebenarnya bertujuan meningkatkan disposisi para frater sebagai seorang yang dibentuk (formandi) sedemikian rupa agar semakin mendalam sekaligus menghayati bentuk hidup yang dipilihnya itu. Semakin mendalam berarti semakin dibatinkan sambil tetap mengakui ketidakberdayaan serta kerapuhan diri dalam menanggapi dan menjalani karunia panggilan yang diterima itu.
Seminari Tinggi Santo Petrus-Paulus Keuskupan Bogor sebagai sebuah lembaga pendidikan para calon imam diosesan Keuskupan Bogor tentu menunjang hal di atas dengan berbagai program dan kegiatan. Salah satunya adalah program retret tahunan yang biasanya dilakukan menjelang tahun ajaran baru. Selain sebagai sarana untuk penyegaran rohani para frater, retret tahunan juga diadakan sebagai sebuah bentuk syukur atas tahun ajaran yang telah berlalu sekaligus memohon penyertaan bagi tahun ajaran yang akan dilalui. Di samping itu, retret tahunan adalah kesempatan yang selalu dinanti oleh para frater karena dengan demikian mereka mengalami recharging bagi hidup panggilan sebagai calon imam diosesan Keuskupan Bogor di masa depan. Dalam retret ini diharapkan iman, kerohanian, dan panggilan para frater disegarkan dan dikuatkan. Kali ini retret diselenggarakan mulai tanggal 26-30 Juli 2017 di Wisma Tugu Wacana Cisarua.
Retret pada tahun ini bagi para frater kiranya cukup menarik. Mengapa? Karena yang membimbing retret mereka adalah Mgr (Emeritus) Michael Cosmas Angkur, OFM. Disebut menarik karena beliau adalah Uskup Emeritus Keuskupan Bogor sehingga perjumpaan para frater dengan beliau bagaikan perjumpaan antara para cucu dan Sang Opa. Demikian pula kegembiraan nampak pada raut muka Opa Uskup, Mgr. Michael karena di masa pensiunnyaini beliau masih bisa bertemu, bercengkerama, dan berbagi pengalaman dengan para frater yang menurutnya badannya “besar dan subur”. Beliau juga nampak senang karena panggilan untuk menjadi imam diosesan Keuskupan Bogor saat ini terbilang subur terlebih sekarang banyak calon imam yang berasal dari paroki-paroki di Keuskupan Bogor. Apa yang dulu beliau usahakan ketika masih menjadi Uskup bagi perkembangan tenaga pastoral di Keuskupan Bogor kini hasilnya sudah nampak dan baik.
Tema yang diambil pada retret tahun ini adalah “Menimba Spiritualitas St. Petrus-Paulus Bagi Panggilan Calon Imam Diosesan Keuskupan Bogor”. Pada awal sesi, hal pertama dan utama yang ditekankan oleh Mgr. Michael adalah tentang mencintai keuskupan. Ini penting karena sebagai seorang calon imam diosesan, keuskupan adalah tempat dimana kita diutus kendati tidak menutup kemungkinan para imam dan frater diosesan dapat diutus kemanapun. Dimensi perutusan adalah sesuatu yang hakiki bagi seorang Kristiani terlebih bagi mereka yang hendak mengabdikan diri menjadi murid-murid Kristus. Untuk itu, Mgr Michael menandaskan tiga hal penting bagi para frater yakni memiliki jiwa misioner, merasul, dan apostolis. “Retret tiada lain adalah upaya untuk menjadi dekat dengan Dia yang memanggil dan mengutus kita”, imbuhnya. Beliau juga mengangkat sosok Petrus yang meski menghabiskan banyak waktu dalam hidupnya bersama Sang Guru, seringkali justru menjadi batu sandungan bagi Yesus. Kedekatannya dengan Sang Guru tidak lantas serta merta mengandaikan bahwa Ia senantiasa sehati-sejiwa dengan Sang Guru, bahkan tak pelak ia justru menyangkal Sang Guru sebelum penyaliban-Nya. Di lain sisi, Paulus menampilkan sebuah kisah kontras tatkala ia melakukan pertobatan dari seorang pengejar dan penganiaya orang Kristen menjadi seorang murid dan rasul yang unggul. Namun, keduanya akhirnya menjadi dua orang rasul yang unggul dalam menegakkan Gereja hingga pada saat ini Gereja menjadi sebuah kelompok yang kokoh. Kerapuhan mereka sebagai manusia dipakai dan dilengkapi oleh Allah hingga akhirnya disempurnakan bahkan hingga dengan dikaruniakannya mahkota kemartiran atas mereka berdua.
Lokasi retret yang masih sangat asri dan sejuk kiranya sangat mendukung retret kali ini. Tema-tema mendasar bagi pertumbuhan dan perkembangan rohani juga tak lupa diberikan oleh Mgr. Michael bagi para frater. Beliau membawakan materi dengan sederhana, penuh kesabaran dan jenaka sehingga sesi-sesi dilalui tanpa rasa bosan. Seringkali juga beliau menyisipkan waktu untuk bercerita tentang perjalanan KeuskupanBogor agar generasi saat ini tetap mengetahui sejarah di masa lalu sekaligus menumbuhkan dan menjaga semangat cinta akan keuskupan. Dengan penuh perhatian dan diselingi canda tawa para frater menyimak penuturan beliau. Tak jarang pula Sang Opa ini pun mau untuk diajak melakukan ice breaking, bernyanyi, dan bersenda gurau dengan para cucunya itu. (Fr.Nanang)