Muntilan -Keuskupan : Menindaklanjuti KONPERNAS PSE KWI berkaitan dengan “Mengembalikan dan Mengelola Hak Hidup Ekonomi Masyarakat Lokal” yang dilaksanakan pada 11-16 September 2017 di Jakarta, maka Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Regio Jawa mengadakan pertemuan pada tanggal 7-9 November 2017 di Wisma Salam Muntilan. Pertemuan ini dirasa penting karena ARDAS PSE KWI perlu diterjemahkan dalam perencanaan dan program di tingkat keuskupan.Dari ARDAS dan essessment tiap keuskupan maka PSE Regio Jawa menitikberatkan pada melindungi dan mengelola hak hidup ekonomi masyarakat kecil, lemah, menengah, tertindas dan difable.
Pada pertemuan ini ada tiga hal yang dibahas yaitu yang pertama berkaitan dengan adanya sinergitas dengan komisi lain terkait mengawal dan mendorong regulasi yang perbihak pada masyarakat kecil, lemah, menengah, tertindas dan difable. Kedua, dibutuhkan upaya meningkatkan kapasitas penggerak PSE terkait dengan Ajaran Sosial Gereja yang diimplementasikan dalam program dan yang ke tiga berkaitan dengan dukungan kegiatan serta memberikan dukungan kepada komisi PSE KWI untuk menyediakan paket pelatihan, seminar dan lokakarta yang terfokus pada gerakan tersebut sekaligus tersediaanya panduan untuk melaksanakan sebuah praktek baik.
Pada hari pertama setiap keuskupan diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil assessment di setiap keuskupan berkaitan ARDAS PSE KWI. Pada hari kedua, peserta diajak untuk menarik benang merah dari pemaparan disetiap keuskupan. Dari diskusi dan pemaparan setiap kelompok maka terbentuk dua penekanan untuk PSE Regio Jawa yaitu berkaitan dengan lingkungan hidup dan peningkatan kapasitas penggerak PSE. Dua hal yang disepekati itu terbentuklah agenda untuk tahun depan ditingkat regio antara lain pada tanggal 20-22 Februari 2018 akan diadakan pertemuan di Keuskupan Agung Jakarta dengan tema “Sosialisasi Buku Penggerak PSE”, pada tanggal 10-12 Juli 2018 akan diadakan pertemuan Regio Jawa di Keuskupan Bogor dengan tema “Ajaran Sosial Gereja yang Berbicara Tentang Lingkungan Hidup dan 2-4 November 2018 akan diadakan pertemuan di Keuskupan Bandung dengan tema “Membangun Sinergi Komisi PSE dan Komisi Kepemudaan”. Dari pertemuan yang diagendakan itu pada dasarnya mengarahkan setiap keuskupan supaya ada gerak bersama pada tingkat regio, walaupun tetap memberi penekanan pada kekhasan setiap keuskupan berkaitan yang ingin diwujudkan atau dicita-citakan.
Ekologi adalah program yang diangkat oleh Pengembangan sosial Ekonomi Keuskupan Bogor untuk membentuk sikap umat akan kepeduliannya dengan lingkungan. Masih maraknya orang yang suka membuang sampah sembarangan, membiarkan lahan yang dimiliki terbengkalai begitu saja tanpa dimanfaatkan, konsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak dimanfaatkannya limbah rumah tangga menjadi sesuatu yang bisa diolah menjadi sesuatu yang lebih berguna, maka ini menjadi keprihatinan bersama yang harus diarahkan dengan baik. Maka, pada bulan Februari 2016, Pengembangan sosial ekonomi
Keuskupan Bogor membentuk Biro Ekologi. Setelah terbentuk, BiroEkologi memetakan sebuah gerakan yang bisa dilakukan bersama pada tingkat paroki, biara dan sekolah. Setelah semuanya siap, BiroEkologi mensosialisasikan ke paroki-paroki, sekolah-sekolah dan biara-biara supaya menjadi gerak bersama untuk menghijaukan rumah kita bersama, membangun perilaku ramah lingkungan dan menciptakan pangan yang sehat. Selain itu, bentuk sosialisasi yang dilakukan juga dengan pembuatan brosur dan seminar. Hal itu juga diperkuat hingga ke umat dengan selalu didengungkannya lewat tema-tema AAP dan APP yang berkaitan dengan Ekologi, seputar bumi sebagai rumah kita bersama. Untuk tingkat sekolah SMP dan SMA diadakan retret ekologi yang diadakan di Puspanita dan dihadiri juga oleh beberapa frater dan ditingkat mahasiswa diadakannya pembekalan seharidi kebun Arca, CP, Gadog dengan tujuanuntuk membangun semangat dan menanamkan kecintaan mereka terhadap lingkungan hidup..
Ada beberapa paroki, sekolah maupun biara yang merespon dengan cepat.setelah mereka mendapatkan pembekalan dari Biro Ekologi. Mereka langsung melakukan paling tidak berkaitan dengan pemilahan sampah.Ada beberapa yang mencoba mengolah sampah supaya menjadi berkah caranya sampah dikumpulkan dan diolah supaya menghasilkan pupuk cair dan padat untuk tanaman yang dibudidayakan di rumah-rumah. Dengan pupuk dan perawatan yang baik maka kita dapat memperoleh makanan yang sehat sebagai wujud pangan sehat. Ada juga beberapa paroki yang memiliki lahan kosong dan akhirnya dimanfaatkan untuk bercocok tanam tersebut.
Keuskupan Bogor sendiri memiliki lahan untuk praktek ekologi seluas 4100 m², yang dikelola oleh tim Eco 17 dan PSE Paroki BMV Katedral. Tempat ini pun terbuka bagi siapapun.
Sebagai tindak lanjut dari ekologi ini, maka pengembangan sosial ekonomi Keuskupan Bogor akan meneruskan program yang sudah berjalan berkaitan dengan Ekologi. Ekologi bagi PSE Keuskupan Bogor dirasa penting dan inilah cara mengantisipasi situasi yang dialami di Keuskupan Bogor. Maka dengan terus digaungkannya praktek baik ini diharapkan mengubah cara berpikir umat untuk semakin peduli terhadap lingkungan dan bagi yang memiliki lahan kosong mampu memanfaatkannya dengan baik serta akan muncul orang-orang yang peduli untuk mengolah sampah menjadi berkah. Maka dari itu, PSE Keuskupan Bogor perlu terus memonitoring. PSE merasa perlu untuk tetap menjaga beberapa kelompok yang sudah sadar akan kepeduliannya terhadap lingkungan.
Tema AAP dan APP pun masih berkutat dengan ekologis. tema AAP dan APP tersebut akan lebih mengerucut, tetapi PSE Keuskupan bogor juga mencoba mensinkronkan dengan ARDAS PSE KWI. Mengacu pada ARDAS PSE KWI “Melindungi dan mengelola hak sumber hidup masyarakat lokal”, maka yang bisa dilakukan PSE Keuskupan Bogor untuk kedepannya tetap penekanan pada ekologi yang dapat menjadi sumber hidup bagi umat, seperti pelatihan dan pendampingan terhadap orang-orang yang ingin mengolah limbah menjadi berkah seperti mendaur ulang barang bekas menjadi kerajinan yang bisa dipasarkanuntuk menambah perekonomian mereka dan mendampingi umat, paroki, biara atau sekolah yang tetap konsisten untuk mengelola pangan sehat supaya dapat dipasarkan. (RD.Greg/PSE)