Bogor–Keuskupan: BIRO Ekologi yang berada di bawah naungan Komisi Pengembangan Ekonomi (PSE) Keuskupan Bogor, pada Rabu dan Kamis, 29-30 November 2017 mengadakan Rekoleksi Biro Ekologi. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Rumah Retret Puspanita Ciawi-Bogor. Rekoleksi ini dibawakan oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur sebagai narasumber utama dan didampingi para narasumber lain. Selain rekoleksi, pertemuan tersebut diisi dengan Rapat Kerja untuk mengevaluasi sekaligus membuat rencana program kegiatan untuk tahun 2018.
Salah satu poin penting dan menarik yang kami catat dari penyampaian materi (presentasi) Mgr. Paskalis adalah gagasannya tentang “Gereja yang Bermakna dan Relevan-Aktual dalam Masyarakat Pluralistik”. Saat ini, Gereja Katolik dihadapkan pada realitas kehidupan masyarakat yang semakin hari semakin berkembang dalam membangun dan memperkembangkan peradaban. Salah satu tanda bahwa Gereja berpartisipasi aktif dalam hal ini adalah keharusan Gereja untuk bergerak. Namun, pergerakan tersebut perlu digarisbawahi sebagai “tidak asal-asalan gerak”, melainkan perubahan untuk menuju perwujudnyataan harapan (impian), yakni kehidupan yang selaras sesuai kehendak Allah.
Gerakan perubahan tersebut mampu dilakukan dengan cara menghidupi semangat misioner. Semangat misioner yang seperti apa dan melalui apa? Tentunya dalam konteks ini adalah semangat misi untuk merawat Ibu Pertiwi yang sedang “Sakit”. Semangat misi ini bisa secara nyata diaktualisasikan melalui “Gerakan Ekologi”. Dengan demikian, melalui gerakan ekologi tersebut, Gereja Katolik menjadi Rumah Perjumpaan antara Manusia dengan Alam (Lingkungan). Harus terjadi sinergi antara keduanya untuk mencapai satu visi-misi yang sama, yaitu “Harmoni Kehidupan”.
Perjumpaan antara manusia dengan alam bisa dirangkum dalam kalimat berikut: “Kembali Pulang Ke Rahim Ibu Pertiwi”. Sejatinya, semua manusia dan tentunya semua makhluk ciptaan Allah adalah lahir dan besar dari Rahim Ibu Pertiwi. Dengan demikian, hubungan mesra antara manusia dengan Ibu Pertiwi hanya dapat terwujud ketika keduanya saling bersatu. Kebersatuan tersebut ditandai dengan eratnya hubungan antar keduanya. Kata ‘erat’ menuntut konsekuensi logis yaitu saling mencintai-saling menjaga-saling merawat dengan selalu menaruh kepedulian. Jika berbicara tentang hal ini, kita harus mau dilibatkan dalam kegiatan ekologi.
Ekologi menjadi semakin nyata ketika masuk dalam ranah ekopastoral. Ekopastoral tersebut tentunya menginduk kepada Gereja Katolik Universal dan dipancarkan melalui Gereja Katolik Partikular, yaitu Keuskupan-Keuskupan dan sampai kepada Paroki-Paroki. Salah satu narasumber dalam rekoleksi mengungkapkan mengenai karya atau gerakan misi ekologi ini sebagai suatu bentuk aktivitas karya yang “tidak populer”. Dewasa ini, istilah populer cenderung didominasi oleh hal-hal yang sifatnya menguntungkan, hiburan atau menggiurkan untuk kesenangan pribadi atau kelompok tertentu. Sementara itu, kegiatan yang bergerak dalam ranah ekologi justru tidak banyak mendapat perhatian mayoritas orang, melainkan hanya beberapa orang atau kelompok yang memang mau peduli untuk “Merawat Ibu Pertiwi, Rumah Tinggal Segala Makhluk”. Bentuk nyata kegiatan untuk merealisasikan program cinta bumi adalah dibentuk dan dilakukannya aktivitas kegiatan seperti: Komunitas Bank Sampah, membiasakan membawa botol minum (BBM) dalam melakukan aktivitas, mengembangkan dan membudidayakan tanaman sehat (buah dan sayur organik) dan sebagainya. Dengan demikian, kita harus menjadi duta dan pelopor (relawan) ekologi di bumi pertiwi. Selain rekoleksi (memperkaya pengetahuan cinta bumi), dalam kesempatan ini Tim Biro Ekologi Keuskupan Bogor juga membuat rancangan program kerja untuk beberapa tahun ke depan. Program kerja yang disiapkan antara lain:
- Menindaklanjuti program Paroki tentang Pojok Ekologi,
- Visitasi ke Paroki-Paroki untuk melihat potensi yang dimiliki guna mendukung pelaksanaan praktik “Tim Ekologi”,
- Menjalin kerja sama dengan Komunitas Bank Sampah
- Mengadakan Rekoleksi, Seminar ataupun Retret Ekologi bagi Siswa-Siswi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/STM), mahasiswa/i, dan juuga Komunitas Karyawan Muda Katolik (KKMK).
Semoga dengan adanya gerakan bersama antara umat Katolik dan masyarakat, Tim Biro Ekologi nantinya bisa terus bekerja secara bersama-sama untuk merawat, menjaga dan mencintai ibu bumi. Salam Ekologi! (RD. Augustinus Hardono–Pastor Pendamping Biro Ekologi Keuskupan Sufragan Bogor)