Tim Spiritualitas Menyiapkan Modul Pembinaan Rohani Keuskupan Bogor

Loading

 

 

Ciloto-Keuskupan: Tim Spiritualitas telah merancang modul pembinaan rohani bagi semua paroki, dengan arahan Bapa Uskup sendiri. Modul itu sesudah Paskah 2018 diharapkan bisa dipakai oleh satu atau dua paroki yang berdekatan, agar semua pengurus DPP-DKP memiliki spiritualitas yang sama. Modul pembinaan rohani ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan para pengurus Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan Dewan Keuangan Paroki (DKP) se Keuskupan Bogor, sebanyak 70 orang, di Wisma Resort Talita, Ciloto, Puncak, pada Jumat-Minggu 10-12 November 2017. Mereka menanggapi undangan “personal” dari Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM, yang telah menelpon ke setiap paroki.

Kegiatan ini semula mereka anggap sebagai pembekalan diri agar bisa mengelola paroki dengan lebih baik lagi. Namun perkiraan mereka ternyata tidak seluruhnya benar. Pembekalan ini bukan di bidang keterampilan manajerial reksa pastoral, melainkan terlebih pembekalan mental spiritual (retret-rohani) bagi para pengurus Gereja, dengan topik Pemimpin yang Melayani dengan Sukacita .

Tim Spiritualitas juga telah membuka WhatsApp Group (WAG) yang beranggotakan DPP-DKP seluruh paroki, bahkan Bapa Uskup tergabung di dalamnya. Manfaat grup ini bisa menjadi media sosialisasi bagi program Keuskupan, agar langsung sampai ke setiap paroki. Pesan Adven, Natal dan Prapaskah dari Bapa Uskup misalnya, dengan sekali “klik” bisa tersebar ke seluruh paroki di keuskupan Bogor.

Selain itu antaranggota DPP-DKP bisa saling berkomunikasi, bertukar pengalaman dalam melaksanakan tugas pastoral di paroki masing-masing. Apa yang bagus dan spesifik di salah satu paroki, bisa dicontoh untuk paroki lain. Anggota bisa melakukan sharing iman, suka duka dalam melayani umatnya. Bisa bertukar gambar atau renungan harian yang saling menguatkan iman dan saling menyemangati dalam pelayanan gereja.

Sebetulnya, sejak Desember 2015 ketika Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur menerbitkan dan menyosialisasikan “Buku Biru” tentang Lima Prioritas Kebijakan Pastoral Keuskupan, sudah ada keinginan untuk mengadakan juga pembekalan rohani. Maka, dibentuklah Tim Spiritual Keuskupan Bogor. Namun baru kali ini keinginan itu terwujud. Dari 23 paroki yang ada di Keuskupan Bogor, setiap paroki mengirimkan 2–3 orang wakilnya untuk mengikuti retret ini.

Sebagai pilot project, Tim Spiritualitas Bogor menghadirkan fasilitator ahli dari Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik Keuskupan Agung Semarang (BPK PKK KAS), yang telah memiliki paket modul retret untuk pengurus Gereja, baik biarawan-biarawati maupun awam. Dengan tetap memperhatikan kekhasan budaya Keuskupan Bogor dan mengingat bahwa tidak semua peserta mengenal gerakan karismatik, para fasilitator ini mampu mengajak para peserta untuk aktif dan partisipatif dalam berefleksi dan merumuskan tindakan implementatifnya. Ketiga fasilitator dari Semarang itu adalah Tjay Haryanto Santosa, Suhartono, dan Budi Sutejo.

Retret dibuka dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin secara konselebrasi oleh RD. Yustinus Monang Damanik (Sekjen Keuskupan Bogor) dan RD. Stefanus Sri Haryono (Ekonom Keuskupan Bogor). Dalam homili, Romo Hary menegaskan bahwa di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Injil tentang bendahara yang cerdik (Luk. 16:1-8) disampaikan oleh Romo “bendahara” keuskupan.

Para peserta juga disadarkan bahwa kehadiran mereka di tempat retret itu bukan kebetulan. Semua sudah “diatur”. Tuhan memiliki maksud tertentu. Pada akhir retret peserta seolah-olah diutus seperti tujuh puluh murid Yesus yang diutus ke seluruh kota (Luk 10:1-12), yakni paroki dan tempat kerja masing-masing.

 

Sebagai Pelayan dan Saksi
Suasana gembira dalam retret DPP-DKP Keuskupan Bogor.

Dinamika retret terdiri dari 10 sesi, yang membuat peserta tidak hanya duduk mendengarkan ulasan narasumber, melainkan aktif bernyanyi, bermain, berdiskusi, dan mengemukakan pendapat atau sharing pengalaman selama melayani di paroki masing-masing. Salah satu sesi mengajak peserta menulis surat pribadi kepada Yesus, yang diyakini sebagai tokoh yang telah mengutus mereka menjadi Pelayan dan Saksi bagi karya penyelamatan-Nya (Kis 26:16).

Sebagai pelayan, para pengurus Gereja benar-benar rela diperintah, bersedia turun tangan, rela berkotor tangan, tidak hanya mengatur atau memerintah orang lain. Mereka rela menyatu dengan yang dilayani, menggerakkan kegiatan sebagai animator, bukan penggerak yang mengambil jarak.

Mereka tulus memberikan diri, dengan kasih dan cinta tanpa pamrih, maka bukan pujian yang diharapkan, melainkan dengan besar hati menerima kritikan, membetulkan kesalahan, dan senantiasa memperbarui diri untuk hasil yang lebih baik lagi.

Sebagai saksi, para pengurus gereja berani memproklamasikan adanya proyek Kerajaan Allah (Mat. 4:17), adanya tuntutan perubahan sosial (Mat. 5), adanya ajaran kebenaran yang utopis (Mat. 16:24); dan bersedia memulai dari dirinya sendiri, bersama keluarganya dan di tengah masyarakatnya. Maka para pengurus gereja juga selalu menyadari posisinya, semakin tinggi pelayanan, semakin mudah digoyang, semakin mudah jatuh; maka semakin berani untuk tidak populer, dan semakin tanpa pamrih, seperti lilin yang menghabiskan diri untuk orang lain.

 

Materi Retret yang Implementatif
Vikjen Keuskupan Bogor RD. Ch. Tri Harsono memimpin perayaan Ekaristi penutup retret tim DPP-DKP Keuskupan Bogor di Bukit Talita Resort.

Dari keseluruhan materi, 73% peserta menyatakan bahwa sesi “Melekat pada Pokok Anggur” sangat bagus. Ini berarti para pengurus Gereja disadarkan peranannya yang tidak boleh lepas dari sumber pelayanannya, yakni Yesus Kristus yang diimani. Pelayanan yang melupakan Kristus berarti hanya mencari keuntungan pribadi, mementingkan diri sendiri, demi gengsi atau harga diri. Melekat pada Pokok Anggur berarti melayani dengan hati, seperti melayani Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol. 3:13).

Materi lain yang menarik adalah “Bekerja sama dan Mengatasi Konflik” (70% sangat bagus). Peserta disadarkan akan keharusan perjumpaan dengan orang lain, keharusan bekerja sama dengan pribadi lain, yang berbeda suku, budaya, usia, pendidikan, jenis kelamin, generasi, karakter, moralitas, bahkan prinsip hidupnya. Konflik antarpribadi sangat mungkin terjadi dalam kenyataan hidup menggereja, namun harus tetap kembali pada tujuan bersama, demi gereja yang kudus, demi kemuliaan nama-Nya.

Hal yang terpenting dari keseluruhan materi adalah implementasinya. Demikian pesan RD. Ch. Tri Harsono (Vikjen Keuskupan Bogor) yang mengisi salah satu sesi dan memimpin perayaan Ekaristi penutupan. Selama mengikuti retret, yang dirasakan biasanya indah-indah, seolah-olah semua doa dikabulkan, maka pembicara mudah mengajak memuji Tuhan.

Tetapi pada kenyataannya, bisa terjadi seolah-olah doa tidak didengarkan, tidak dikabulkan. Jalanmu bukanlah jalan-Ku (Yes. 55:8). Apabila yang terjadi hanya penderitaan, itulah esensi iman kita pada Yesus, yang lebih dulu menderita, demi keselamatan manusia. Maka kewajiban kita bukan menuntut hasil, melainkan hanya berdoa dan melayani, dengan sukacita.

Semoga para pengurus DPP dan DKP Keuskupan Bogor mampu menerapkan semangat pelayanan “sukacita” ini di paroki masing-masing, dan menularkan semangat yang sama kepada para pengurus yang lainnya. Selamat melayani umat paroki, demi perkembangan Gereja keuskupan Bogor. (Thomas Suhardjono/Mekar)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks