Mansalong – keuskupanbogor.org : “Jingle bells, jingle bells, jingle all the way” . Sepotong lirik lagu Natal tersebut mungkin sudah menggema di kota-kota besar baik di rumah dan pusat perbelanjaan ketika memasuki bulan Desember pertanda Natal akan tiba. Tetapi berbeda di sini di pedalaman Kalimantan Utara tepatnya di Desa Mansalong. Suasana mengalir seperti biasa saja padahal masyarakat di Mansalong mayoritas Kristen. Maklum Desa Mansalong merupakan tempat singgah bagi masyarakat dari desa-desa di sekitarnya. Mereka tinggal di Mansalong hanya sementara untuk bekerja atau sekolah. Jadi ketika mendekati Natal, orang-orang di Mansalong akan mudik ke desanya masing-masing dan merayakan Natal di sana bersama keluarga.
Pola seperti ini mempengaruhi cara berpastoral dari Paroki Santa Maria Bunda Karmel, Mansalong, yang merupakan salah satu paroki di Keuskupan Tanjung Selor Kalimantan Utara. Perayaan Natal dan Paskah akan dirayakan secara bergiliran dari stasi ke stasi dengan pembagian wilayah hilir dan hulu dari paroki. Jumlah stasi yang banyak sekitar 36 dan tersebar tentu saja cara seperti ini sampai saat sekarang dianggap cocok.
Tahun ini Natal di Paroki Maria Bunda Karmel Mansalong dilaksanakan di 2 stasi yakni stasi Pulau Keras (untuk wilayah hilir) dan stasi Santo Thomas Desa Patal (untuk wilayah hulu. Sekedar informasi bahwa stasi di bagian hulu hanya bisa dijangkau lewat sungai sedangkan di wilayah bagian hilir sudah bisa melalui jalan darat. Semua perlengkapan liturgi untuk misa dibawa dari paroki menuju tempat perayaan (bukan hanya pakaian liturgi tapi juga patung untuk hiasan di kandang Natal pun dibawa dari paroki).
Natal tahun ini merupakan perayaan Natal pertama saya sebagai pastor misi dari Keuskupan Bogor di Kalimantan. Yang menarik perayaan Hari Raya akan di lakukan beberapa hari. Tentunya untuk mengisi hari-hari itu ada berbagai kegiatan yang sifatnya rohani maupun profan. Contohnya seperti lomba kuis kitab suci, lomba membaca kitab suci, lomba mazmur, lomba koor, pertandingan sepak bola, dan bola volly yang akan diikuti oleh setiap stasi yang ada. Khusus untuk pertandingan sepak bola dan volly menjadi magnet dalam setiap perlombaannya. Hal ini membuat persiapan yang utama dari perayaan Natal menjadi terganggu seperti dekorasi kandang dan pohon Natal terlupakan. Pohon Natal dalam perayaan tahun ini di wilayah hulu berbahan dasar dari batang pisang. Dekorasi pohon Natal dan kandang Natal dikerjakan oleh para pastor dan suster bersama beberapa anak OMK tanpa panitia. Bahkan waktu perayaan Ekaristi yang sudah ditentukan saja masih bisa berubah menunggu umat yang hadir.
Tempat perayaan Natal tidak dilakukan di Gereja tapi menggunakan bangsal (aula) desa agar bisa menampung banyak orang yang datang dari beberapa desa ini. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri dalam karya pastoral di tempat ini. Katekese tentang penghayatan iman harus lebih dikedepankan. Butuh waktu dan butuh tenaga yang lebih besar dan banyak untuk mengembangkan iman umat di paroki ini. Selamat Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Berkat Tuhan melimpah bagi kita semua. (RD Boni)