Renungan Harian Rabu, 13 Februari 2019 Bacaan : Kej 2:4b-9.15-17, Mrk 7:14-23 HR St. Yulianus dari Antiokhia
Sebagai orang Katolik kita boleh bangga dan bersyukur atas ajaran iman tentang kesucian hidup. Gereja mengajarkan bahwa kita berdosa karena pikiran, perkataan, perbuatan dan kelalaian. Bapa Paus Fransiskus pernah mengajak kita untuk melakukan pembaharuan hidup menuju kesucian hati. Kesucian tidak diukur atau ditampilkan lewat hal-hal lahiriah atau asesoris agamis. Namun, nyatanya kita suka menampilkan hal-hal agamis atau rohaniah secara lebih lahiriah.
Dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa bukan makanan jasmani yang membuat hidup kita menjadi tercemar sehingga kita menjadi tidak bisa suci. Melainkan apa yang keluar dari diri kita itulah yang akan mensucikan atau menajiskan diri. Semua makanan minuman yang kita nikmati adalah halal. Makanan minuman tidak bisa menyebabkan sifat dan sikap kejahatan. Sifat dan sikap jahat, yang tampak dalam tutur kata dan perbuatan, bersumber dari pikiran dan kehendak hati. Jadi, kenajisan diri bukan karena makanan jasmani, melainkan apa yang keluar dari pikiran atau kehendak hati kita.
Menjadi orang suci bukanlah didasarkan pada masalah bersih kotornya tubuh kita atau masalah boleh atau tidak boleh makan makanan yang dianggap najis (babi, dll). Hal-hal lahiriah itu tidak terlalu penting di hadapan Allah. Makanan jasmani hanya akan masuk ke perut, bukan ke jiwa atau hati kita. Pikiran dan kehendak yang kotorlah yang akan menajiskan kita, karena pikiran dan kehendak itu berasal dari hati atau jiwa kita. Itulah yang menyebabkan orang jauh dari Allah dan yang membuat kita menjadi orang munafik.
Ya Allah, semoga sabda Yesus PutraMu menjadi makananku agar hidupku layak di hadapanMu. Amin.
(Penulis : Antonius Purbiatmadi)