Jakarta–keuskupanbogor.org: Hari Rabu Abu menjadi awal dalam memulai masa pertobatan. Semua umat Katolik menyambut hari ini dengan menerima abu di kening sebagai sebuah tanda untuk memulai suatu proses dalam menghayati nilai iman dan ketaatan. Abu menjadi pengingat umat untuk meninggalkan dosa-dosa yang selama ini berulang kali diperbuat.
Prosesi ini terlihat dalam suasana hikmat pada perayaan Misa Rabu Abu yang diadakan di Atrium lantai dasar Gedung Sampoerna Strategic Square di bilangan Jalan Sudirman, Jakarta Selatan pada Rabu (6/3/2019) siang.
Pada kesempatan tersebut, Mgr Paskalis Bruno Syukur memimpin Misa yang diadakan oleh Komunitas Katolik Sampoerna Strategic Square. Dalam homilinya, Bapa Uskup mengajak seluruh umat yang hadir untuk menghayati masa Prapaskah dengan sebaik-baiknya.
“Dalam masa hidup, kita perlu memiliki sebuah referensi kemana kita mengacu. Begitu pun di masa Prapaskah ini kita perlu memiliki referensi,” ujar Uskup Keuskupan Bogor tersebut.
Mgr Paskalis menambahkan, sebaiknya masa pertobatan yang akan dijalani selama 40 hari ke depan diisi secara berkualitas. Kualitas dalam mengisi masa itu ditentukan dari siapakah yang dijadikan referensi oleh kita semua dan dalam bacaan-bacaan di hari ini. Baik bacaan pertama, bacaan kedua, maupun bacaan Injil telah memberikan arah referensi yang dapat dijadikan acuan dalam menjalani masa pertobatan.
Mencintai Allah, mencintai sesama
Dalam bacaan pertama, Nabi Yoel mengajak kita semua untuk berbalik kepada Tuhan Allah, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Dalam masa 40 hari ini, perlulah kita mengisinya dengan berpaling kepada Allah yang kita yakini dengan segenap hati. Allah yang menjadi referensi utama dalam hidup kita adalah Allah yang pengasih, penyayang dan berlimpah kasih setia.
Di bacaan kedua, Rasul Paulus mengingatkan untuk mengisi waktu dalam masa prapaskah ini dengan mengingat kasih karunia yang diberikan oleh Allah. Dengan demikian, kita tidak membuat sia-sia kasih karunia Allah, serta memberikan diri senantiasa untuk Allah.
Dalam Injil Matius, Yesus mengingatkan untuk berhati-hati dalam menjalankan kewajiban agama, jangan sampai kita hanya ingin dilihat oleh orang lain. Jika kita melakukannya dengan tersembunyi, maka Bapa yang melihatnya akan membalasnya kepada kita. Dalam masa prapaskah ini, kita diajak untuk menjadi orang yang semakin mencintai sesama, mencintai alam semesta, bersedekah dan berpuasa.
Di akhir homilinya, Bapa Uskup mengatakan bahwa apa yang kita lakukan sebaiknya bukan hanya untuk kepentingan diri kita, tapi lebih-lebih untuk kepentingan sesama manusia. Omong kosong apabila kita mengatakan mencintai Tuhan tapi membenci sesama kita. Maka, Yesus mengajak kita untuk mencintai Allah, mencintai sesama dan alam semesta.
Suasana Misa Rabu Abu yang dihadiri hampir 160-an orang ini berjalan dengan hikmat dan khusyuk meski pada saat itu cuaca diliputi hujan deras. Sebelum berkat penutup, Bapa Uskup mengajak umat yang hadir untuk menjalani masa pertobatan dengan meneladani Yesus Kristus dan menghayati pengorbanan-Nya di kayu salib.
Bertobatlah dan percayalah pada Injil! Selamat memasuki masa prapaskah.