Renungan Minggu Paskah IV
Minggu Panggilan
Bacaan : Kis 13: 14.43-52, Why 7:9.14b-17, Yoh 10:27-30
Hari ini adalah Hari Minggu Paskah IV, yang ditetapkan Gereja sebagai Minggu Panggilan. Pada Minggu Panggilan Sedunia ke 56 ini Bapa Suci Fransiskus berkenan mengambil tema : “Berani Ambil Resiko Bagi Janji Tuhan.” Kata Bapa Paus, “Panggilan adalah inisiatif kasih Allah yang menjumpai kita dan mengundang kita untuk mengambil bagian dalam suatu karya besar.”
Bapa Suci menegaskan bahwa panggilan Allah ini menjadikan seseorang pembawa janji, dan pada saat yang sama, meminta untuk berani mengambil resiko, bersama-Nya dan bagi-Nya. Menjawab panggilan Tuhan itu berarti siap bekerja sama dengan-Nya, sekaligus siap meninggalkan apapun yang membuat kita terikat pada kepentingan egosentris. Kita hendaknya percaya akan janji Allah, “Aku akan menjadikanmu penjala manusia” (bdk. Mrk 1:17).
Sungguh, panggilan itu berada dalam tegangan janji dan resiko. Kata orang, “Pastor itu bagaikan pesawat terbang. Saat jatuh akan menjadi pembicaraan orang banyak, namun pada saat landing mulus, bagus dan selamat tidak ada pembicaraan sama sekali.” Ketika mendengar kata “Panggilan“, kita mudah terarah kepada sosok kaum biarawan-biarawati atau rohaniwan. Panggilan itu ada dua jenis, yaitu panggilan umum dan panggilan khusus.
Panggilan umum adalah panggilan hidup yang ditujukan kepada kita semua tanpa terkecuali. Sedangkan panggilan khusus merupakan panggilan yang ditujukan untuk pribadi tertentu dengan tujuan khusus pula, salah satunya adalah hidup membiara dan hidup selibater (hidup tidak menikah demi Kerajaan Allah). Apa pun bentuk panggilan hidup, semuanya terlahir dari Gereja kecil, yakni Keluarga.
Oleh karena itu, marilah kita memohon rahmat keterbukaan dan kerelaan bagi Keluarga-keluarga Kristiani, sehingga dengan bangga memotivasi dan memberi dukungan bagi putera-puteri mereka dalam menanggapi panggilan Allah, dan memohon keberanian dan suka cita bagai para calon Imam, para calon Imam dan para Biarawan-biarawati sebagai pribadi pembawa janji Tuhan dalam resiko dan tantangan zaman now. Kita akan merasakan panggilan itu kalau kita mampu mengalami kasih-Nya. Sebab Allah itu sumber kasih, karena Allah itu dalah Kasih.
Hanya dalam dan bersama Allah, segala derita, kesusahan dan derai air mata dihapuskan, kemudian diubah menjadi sukacita dan kemuliaan. Sebagai pribadi yang dipanggil tugas kita adalah mengikuti Sang Gembala untuk bersama-sama kembali ke sumber hidup, menimbah kembali kasih dari dalam-Nya lalu membawa kasih itu kepada semua orang.
Allah sebagai Gembala yang baik akan memimpin dan menuntun ke tempat kita melaksanakan tugas perutsan itu (bdk. Why. 7: 9, 14b-17). Panggilan dan perutusan itu bagaikan satu keping mata uang. Maka mengenal, mendengarkan, mengikuti dan setia kepada Allah sebagai Gembala baik merupakan kewajiban kita sebagai pribadi yang dipanggil dan diutus.
Kewajiban itu dapat terlaksana bila ada iman dan sikap percaya kepada Allah bahwa hanya Dia yang memanggil kita dan di dalam Dia pula setiap orang memperoleh buah dari panggilan hidupnya, yaitu hidup kekal (bdk. Yoh 10:27-30). Berkah Dalem
RD. St. Sumardiyo Adipranoto
(telah diposting di website Paroki Gereja Kristus Raja – Serang)