Selasa, 15 Oktober 2019 PW. St. Teresia dari Yesus, Perawan dan Pujangga Gereja Bacaan I : Rom. 1: 16-25 Bacaan Injil : Luk. 11: 37-41
KEGIATAN menggereja adalah salah satu wadah bagi kita untuk ikut serta dalam pelayanan. Wadah yang diberikan begitu banyak, entah itu menjadi misdinar, bergabung dalam komunitas OMK, WKRI, atau pun komisi-komisi adalah sesuatu yang baik. Selain hidup doa pribadi, pelayanan di dalam komunitas gerejawi pun menjadi salah satu cara untuk semakin mendekatkan diri kita kepada Tuhan.
Bagi banyak orang, pelayanan di komunitas Gereja terasa begitu menyenangkan. Bahkan ada yang menghabiskan mayoritas waktunya untuk beraktivitas di gereja demi pelayanan. Hal ini tentunya juga merupakan hal yang baik. Akan tetapi, ketika melakukan pelayanan, kita perlu merenungkan satu hal: apakah pelayanan ini ‘hanya’ sebatas pelayanan saja? Maksudnya, apakah kita sekadar senang dengan rutinitas dan jenis kegiatannya, atau apakah kita betul-betul bersukacita dengan buah-buah Roh yang dihasilkan dari pelayanan tersebut, terutama karena dampaknya yang baik bagi sesama?
Pada hari ini, Yesus mengajak kita untuk melihat makna yang lebih dalam dari rutinitas kita. Orang Farisi melakukan sesuatu hanya berdasarkan hukum yang berlaku. Namun, ketika perhadapan dengan situasi di luar hukum, mereka mudah sekali menjadi kelompok yang ‘menghujat’ orang lain. Kritik yang disampaikan oleh Yesus kepada orang Farisi pada bacaan Injil hari ini mengingatkan kita agar jangan sampai pekerjaan atau pelayanan kita justru ‘mengasingkan’ orang di sekitar kita.
Mungkin kita pernah terlalu sibuk dan asyik dengan pelayanan, sehingga kita mengorbankan waktu untuk berkumpul dengan keluarga di rumah. Atau sebaliknya, kita malah melakukan pelayanan dengan bersungut-sungut karena tidak enak hati dengan koordinator yang sudah menunjuk kita, dan berpikir “Ah tidak masalah jika tidak maksimal, yang penting saya sudah mengerjakannya.”
Pelayanan hendaknya tidak menjadikan kita sebagai robot yang hanya mengikuti rutinitas. Melayani Gereja ialah melayani sesama; dan melayani sesama berarti melayani Yesus sendiri. Oleh karenanya, seluruh kegiatan pelayanan harus dilakukan dengan penuh kesadaran, dan buah-buahnya harus tercermin juga dalam hidup kita di luar pelayanan. Misalnya, kita sangat rajin melayani di berbagai seksi dan kepanitiaan di Gereja. Tetapi di dalam kehidupan sehari-hari, kita masih sering marah-marah, atau mengusir dan menolak orang yang datang meminta bantuan. Sikap inilah yang ingin dikritik keras oleh Yesus. Hal ini menjadi ajakan dan juga tantangan dari Yesus bagi kita. Maukah kita membuka hati kita terhadap ajakan Tuhan ini? (Fr. Constantin Reynaldo Adja Mosa)
Yesus yang baik, murnikanlah hati kami dari pikiran-pikiran jahat dan kesombongan diri. Dalam setiap pekerjaan dan pelayanan kami, biarlah hikmat Sabda-Mu yang bekerja untuk memenuhi dan menyempurnakannya. Amin.