Kamis, 7 November 2019 Hari Biasa, Pekan Biasa 31 Bacaan 1 : Rm. 14:7-12 Mazmur : Mzm. 27:1,4,13-14 Injil : Luk. 15:1-10
DI dunia yang sekarang serba instan ini, kesegeraan menjadi kunci dalam hidup. Manusia berlomba-lomba untuk menjadi yang terdahulu dalam hidup. Imbasnya, manusia seakan-akan menepikan proses untuk menjadi diri sendiri dan sibuk untuk memikirkan cara yang tercepat untuk menjadi yang terbaik. Bahkan tak sedikit yang berusaha memperoleh keselamatan melalui ‘tobat instan’. Pola pikir bahwa setelah menerima sakramen pengakuan dosa, seseorang dapat langsung bertobat dan otomatis menjadi suci merupakan imbas dari fenomena ini.
Pertobatan dalam Gereja Katolik bukan berarti setelah melakukan pengakuan dosa, semuanya telah selesai. Pertobatan yang sesungguhnya harus disertai kesadaran akan kesalahan yang telah diperbuat dan berjanji untuk tidak mengulangi. Selain itu, pertobatan juga membutuhkan komitmen untuk terus-menerus memperbaiki diri ke arah yang lebih baik.
Menjadi pribadi baru yang lebih baik dari sebelumnya adalah yang Tuhan inginkan atas hidup kita. Memang tidak mudah, tapi harus dilakukan karena Tuhan menghargai setiap usaha dan perjuangan kita. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, tidak ada yang sia-sia bagi-Nya. Semua yang kita lakukan diperhitungkan oleh-Nya. Injil hari ini menekankan hal tersebut: bahwa Allah senantiasa bergembira atas pertobatan anak-Nya. Ia tak pernah bosan memanggil dan menanti kita untuk kembali berjalan bersama-Nya.
Meski dunia menawarkan semua yang serba instan, sebagai pengikut Kristus kita diajak untuk tidak ‘alergi’ terhadap proses. Proses membuat hidup manusia berharga, karena di sana terbersit harapan untuk hidup lebih baik di setiap kesempatan. Mengalami kegagalan, kesalahan, dan kejatuhan itu wajar. Hal-hal tersebut bukanlah sebuah alasan untuk berputus asa dan menghilangkan harapan dalam hidup. Yang terpenting adalah bagaimana kita mau untuk bangkit dan mengatasi semua itu. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus, hidup dan mati kita adalah untuk Tuhan. Maka dari itu, pertobatan kita pun bukan produk instan semata, melainkan menjadi kesanggupan untuk mempersembahkan seluruh hidup kita bagi Allah yang telah bermurah hati bagi kita. (Fr. Michael Randy)
Allah Bapa, hidup dan mati kami adalah milik-Mu. Dengan tuntunan Roh-Mu, semoga kami dapat memanfaatkan setiap hari yang Engkau berikan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dalam persekutuan dengan-Mu. Amin.