Sabtu, 16 November 2019 Pekan Biasa XXXII Bacaan I : Keb 18: 14-16;19:6-9 Bacaan Injil : Luk 18: 1-8
KEHIDUPAN rohani kita harus di-charge dengan doa. Seandainya disandingkan dengan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) mungkin doa harus dimasukkan juga kedalamnya. Mengapa demikian? Karena manusia tidak hanya memiliki fisik (raga). Roh dan jiwa juga termasuk bagian dari manusia yang kebutuhannya harus dipenuhi juga.
Seorang anak kecil bertanya kepada ayahnya setelah pulang sekolah, “Ayah, kenapa kita harus selalu berdoa?” Lalu dengan tersenyum ayahnya menimpali pertanyaan itu dengan pertanyaan juga, “Anakku, kenapa kamu makan lagi, padahal tadi pagi sudah sarapan?” Sambil mengerutkan dahi, anaknya menjawab, “Kan aku lapar lagi, Ayah”. “Nah.. Berdoa sama seperti itu, nak. Bedanya, kalau makan perut yang kenyang, kalau berdoa hati kamu yang kenyang,” sambung ayahnya.
Saudara-saudari yang terkasih, mari kita merenungkan bersama tentang mengapa kita harus berdoa. Secara sederhana, doa adalah penambah daya bagi rohani kita. Rohani (jiwa) itu memiliki rasa haus dan lapar. Kondisi dan kebutuhan fisik tentu lebih mudah disadari. Secara naluriah kita akan tahu kapan perut kita perlu diisi, atau kapan kita perlu tidur. Sedangkan jika menyangkut kebutuhan rohani, saya rasa kita sering luput menyadarinya.
Pemenuhan kebutuhan fisik memang perlu. Namun sebagai manusia yang hidup dari Roh Allah, sudah seharusnya pemenuhan kebutuhan rohani juga menjadi prioritas. Kebiasaan berdoa adalah sumber kekuatan kekuatan bagi rohani kita, sebab tidak seperti kebanyakan makanan badaniah yang hanya mampu membuat kenyang sementara waktu, doa memiliki kekuatan dan manfaat yang tidak hanya bersifat spasial atau sementara. Doa tidak selalu harus dilakukan dengan muluk-muluk. Membuat tanda salib ketika makan bakso di pinggir jalan, memohon kekuatan saat mengalami kegagalan, mengucap syukur ketika cinta kita diterima, mohon ampun setelah menyakiti seseorang, atau berdoa bersama sebelum dan sesudah rapat adalah cara-cara sederhana untuk melaksanakan hidup doa. Berdoa bukan hanya bisa dilakukan dengan diam di kamar dan meditasi khusyuk selama berjam-jam. Jika kita membawa doa dalam hidup sehari-hari, maka manfaatnya akan tampak sangat indah.
Sebuah pesan Injil hari ini, jangan pernah jemu-jemu untuk berdoa. Dalam perumpamaan yang diceritakan Yesus, hakim yang tidak takut akan Allah saja bisa tergerak untuk membantu janda yang tidak jemu-jemu meminta pertolongan. Apalagi Allah sendiri yang adalah kasih; Ia senantiasa memandang tindakan manusia yang siang malam berseru kepada-Nya. Bunda Teresa pernah mengatakan, “Buah keheningan adalah doa. Buah doa adalah iman. Buah iman adalah cinta. Buah cinta adalah pelayanan. Buah pelayanan adalah damai”. Mari jadikan doa sebagai kebutuhan hidup kita. Tuhan memberkati. (Fr. Petrus Damianus Kuntoro)
Allah Bapa, melalui doa, kami berseru kepada-Mu dan Engkau mendengar kami. Semoga doa senantiasa menjadi kebutuhan utama jiwa kami yang selalu kami hidupi setiap hari. Amin.
RB Habel Jadera..trimakasih untuk tulisannya. Trimakasih untukvpencerahannya.. Berdoa memang wajib di lakukan…supaya tidak jatuh didalam pencobaan. Yesus sebagai Tuhan saja selalu berdoa…tiap ada kesempatan Beliau mencari tempat sepih untuk berdoa…apalagi kita manusia yang lemah ini…yang mampu berbuat dosa apa saja….kapan dan dimana saja..perlu berdoalah..Ketika para rasul bersama sama Yesus di taman Getsemani…Yesus menghampiri para rasul yg tertidur…”tidak bisakah kamu berjaga2 bersamaku selama 1 jam..nah kalau setiap hari ada 1 jam waktu kita untuk berdoa…niscaya kita terhindar dari banyak pencobaan karena Dia menyertai selalu.