Jumat, 13 Desember 2019
Pekan Adven II
PW S. Lusia, Perawan dan Martir
Bac I. Yes. 48:17-19
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Bac. Injil. Mat 11:16-19
SEMUA orang tentu pernah mengalami yang namanya penolakan. Cara hidup kita juga belum tentu bisa diterima oleh orang banyak. Walau ada juga yang menerima, tapi tentu ada juga yang tidak setuju dengan apa yang kita lakukan. Kita merasa sudah melakukan hal baik, namun ternyata orang lain memandangnya secara berbeda. Kesannya, setiap perbuatan kita dihakimi dengan hinaan yang sama sekali sebenarnya berbanding terbalik dengan kebaikan yang kita lakukan.
Kita dapat belajar dari Santa Lusia, seorang perawan dan martir, yang semasa hidupnya gigih mempertahankan imannya untuk hidup murni. Akibatnya, ia harus rela dipenggal kepalanya sehingga ia wafat sebagai martir. Orang kudus yang semasa hidupnya baik saja mendapat hukuman karena menolak perintah para penguasa saat itu. Lalu, pertanyaan buat kita umat beriman ialah bagaimanakah kita menanggapi perbuatan yang baik tetapi malah berujung pada penderitaan?
Dalam bacaan pertama hari ini, melalui Nabi Yesaya, kita kembali diingatkan bahwa Tuhan Allah mengajar apa yang berfaedah dan bukan yang sesat. Ia menuntun kita di jalan yang lurus. Jika kita melaksanakan perintah-Nya, damai sejahtera dan hidup bahagia akan kita alami. Allah memberi perintah dan manusia melaksanakan. Itulah yang diharapkan Allah, dan itulah alasan Tuhan Allah mengutus kita hidup di dunia ini, yakni untuk mewartakan Kabar Baik. Sementara itu, dalam bacaan Injil, penulis menggambarkan perumpamaan tentang angkatan yang hidupnya tidak bertindak atas apa yang diajarkan, tetapi menghakimi hanya dari melihat apa yang dilakukan oleh Yohanes dan Anak Manusia ketika makan dan minum.
Saudara-saudari terkasih, pada dasarnya Yesus selalu menghendaki kita untuk mau mendengar, melihat, berbicara dan berbuat dalam kasih-Nya. Semua ini diberikan kepada manusia untuk diolah dengan baik. Kita mendengar banyak hal, dan dari semua yang kita dengar, simpanlah hal yang baik. Begitu juga dengan melihat; kita mengalami banyak situasi yang membentuk pandangan dan perspektif kita masing-masing dan itu adalah hal yang wajar. Tatkala melihat tindakan orang lain yang kita rasa kurang tepat, hendaknya kita tidak cepat melabelinya dengan asumsi-asumsi yang kita buat sendiri. Pandanglah setiap orang dalam kasih Tuhan, dan refleksikanlah semua itu dalam terang kebenaran-Nya.
Sebaliknya, saat kita sendiri yang dihakimi oleh perbuatan benar yang kita lakukan, janganlah cepat menyerah. Jika kita bertindak berdasarkan kehendak-Nya, kehidupan kekal adalah ganjaran yang akan kita terima, sekalipun di kehidupan ini kita menerima cercaan bahkan siksaan. Mari kita menjadikan Firman Tuhan yang diperkaya oleh ajaran Gereja sebagai dasar untuk menguji apa yang baik dan buruk.
[Fr Wolfgang Amadeus Mario Sara]
Bapa yang Maharahim, kami bersyukur atas terang kebenaran yang Engkau tunjukkan pada kami melalui Yesus Putra-Mu. Tuntunlah kami selalu di dalam jalan-Mu, sekalipun kami harus mengalami kesusahan di dunia ini, sebab Engkau-lah tujuan hidup kami. Amin.