Selasa, 31 Desember 2019 Hari Ketujuh dalam Oktaf Natal Bacaan I : 1 Yoh. 2: 18-21 Bacaan Injil : Yoh. 1: 1-18
DALAM suatu pelayanan di Gereja, ada seorang pemuda bernama Budi. Ia seorang pemuda yang sangat bersemangat ketika mengikuti kegiatan Gereja. Pelayanan yang diberikan benar-benar total. Suatu ketika Gereja mengadakan kegiatan untuk bakti sosial di suatu panti asuhan. Gereja mencoba untuk menarik minat dari OMK untuk mengikuti kegiatan itu. Akan tetapi, beberapa hari terlewati tidak ada satu pun dari orang muda yang bersedia menjadi sukarelawan. Budi pun melihat kegiatan ini dan tanpa pikir panjang ia mendaftarkan diri menjadi sukarelawan. Budi pun berharap bahwa dengan ia mendaftarkan diri, teman-teman orang muda lainnya tergerak untuk mengikuti. Ternyata harapan itu terkabul dan ada beberapa dari temannya mengikuti Budi untuk menjadi sukarelawan.
Bacaan Injil pada hari ini diambil dari halaman pertama Injil, yang biasa disebut prolog Injil Yohanes. Pada awal Injil, Yohanes mengisahkan tetang Sang Firman yang turun ke dunia. Menariknya dalam Injilnya, Yohanes mengisahkan tentang bagaimana kedatangan Sabda itu tidaklah mudah. Ketika datang ke dunia, Sang Sabda tidak langsung diterima. Bahkan tidak langsung dikenal oleh orang banyak. Maka dalam Injil ini mengisahkan tentang Yohanes Pembaptis yang diutus untuk mempersiapkan kedatangan-Nya. Sedari Yohanes lahir, ia sudah mengetahui tugasnya. Ia dilahirkan untuk mempersiapkan kedatangan Sang Juruselamat. Ia memiliki banyak sekali pengikut, namun dia sadar bahwa dia diutus untuk melakukan apa. Maka dengan yakin dan tegas Yohanes berkata dan bersaksi kepada para pengikutnya “…Sesudah aku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku.”
Siapa yang rela untuk mengorbankan dirinya demi orang lain? Bahkan siapa yang rela untuk membuat orang lain lebih hebat dari dirinya sendiri? Tidak banyak orang yang mau dan siap untuk melakukan itu. Salah satu contoh yang sangat jelas adalah Yohanes Pembaptis. Dalam bahkan dia berkata “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” (Yoh. 3: 30). Kata-kata ini mengisyaratkan sebuah pengorbanan demi orang lain dan membuat orang itu semakin besar, semakin hebat dari dirinya sendiri. Seperti kisah di atas tentang seseorang yang ‘rela’ maju pertama kali demi untuk menarik semua orang.
Di penghujung tahun 2019 ini, marilah kita melihat ke belakang. Apakah selama setahun ini kita sudah rela untuk mengorbankan diri demi orang lain? Apakah selama setahun ini kita sudah menjadi contoh bagi orang banyak? Bila belum, marilah kita mencoba untuk memberikan yang lebih lagi di tahun-tahun berikutnya. Semoga teladan kerendahan hati Yohanes Pembaptis menjadi salah satu prinsip di dalam hidup kita.
[Fr. Constantin Reynaldo Adja Mosa]
Selamat Natal dan Tahun Baru…
Tuhan mampukan aku untuk dapat menyiapkan rencana “jalan” -ku dan melaksanakannya di tahun 2020 dan seterusnya.