Kamis, 9 Januari 2020 Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan Bacaan 1 : 1Yoh 4:19-5:4 Mazmur : Mzm 72:2,14,15bc,17 Injil : Luk 4:14-22a
KEIMANAN manusia senantiasa berdinamika. Iman manusia berkembang dan mengalami pasang-surut karena menempuh berbagai proses dalam hidup. Keimanan pun bukanlah sekadar identitas administratif saja, melainkan fondasi dari cara berpikir dan bertindak manusia. Tentunya, dalam perkembangannya, iman ini pun tidak lepas dari krisis iman. Untuk menyikapinya, kita bisa belajar dari anak-anak yang cepat bosan dengan hal yang mereka sukai. Rasa bosan tersebut menandakan bahwa si anak harus melakukan upgrade terhadap mainannya.
Bacaan injil pada hari ini menunjukkan Yesus sebagai seseorang yang penuh integritas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Yesus membaca kutipan dari Nabi Yesaya bukan sembarang baca. Ia membaca dan memberitahukan bahwa kutipan tersebut sudah tergenapi dengan kehadiran-Nya. Pengajaran-Nya bukanlah pepesan kosong. Yesus mengalami pertumbuhan spiritual yang membuatnya sungguh Allah dan sungguh manusia. Kita juga mengetahui bahwa Yesus baru mulai berkarya di usia 30 tahun setelah mengalami pergumulan batin di padang gurun. Proses yang tidak sebentar itu membuat-Nya siap dan mampu menjadi Anak Allah dan menjalankan tugasnya sebagai seorang Mesias.
Kita pun bisa seperti Yesus yang memiliki integritas dalam hidup-Nya. Kita memiliki potensi tersebut karena kita juga adalah anak-anak Allah yang dicintai-Nya. Namun sekarang semuanya berbalik kepada kita: maukah kita hidup bersinergi dengan Allah dengan menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan menerima apa yang menjadi kehendak-Nya?
Marilah kita bersama-sama berproses agar pada akhirnya kita dapat memiliki integritas sebagai anak-anak Allah. Memang terkesan terlalu ideal dan tidak mungkin, tetapi dengan adanya proses dan kemauan dari dalam diri, semua yang ada menjadi mungkin karena kita tumbuh dan berkembang bersama-Nya.
[Fr. Michael Randy]