Jumat, 10 Januari 2020 Hari Biasa Sesudah Epifani Bac I. 1Yoh. 5:5-13 Mzm. 147:12-13, 14-15, 19-20 Bac. Injil Luk. 5:12-16
KITA seringkali mendengar bahwa asalkan percaya kepada Allah, kita dapat beroleh hidup yang kekal di surga. Pernyataan ini ditegaskan dalam Kitab Suci (Injil Yohanes 10:27-29) tentang definisi hidup kekal, yakni ‘Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya’. Kutipan singkat ini menjelaskan bahwa hidup yang kekal ialah hidup yang tidak akan binasa, tidak akan mengalami kematian yang kekal (masuk neraka), akibat dari iman kepada Yesus Kristus. Dalam Katekismus Gereja Katolik nomor 207 pengertian kehidupan kekal ialah kehidupan yang mulai langsung setelah kematian. Ajaran ini tuntutannya sangat jelas, yakni percaya.
Saudara-saudari terkasih, secara keseluruhan bacaan pada hari ini mengajak kita untuk percaya bahwa hidup yang kekal itu sungguh ada dan kita dapat memperolehnya. Caranya ialah dengan percaya kepada Allah. Peristiwa yang dialami oleh orang yang sakit kusta menjadi permenungan bagi kita, bahwa mereka disembuhkan oleh Yesus karena iman mereka yang kuat akan Yesus Kristus. Yesus mentahirkan mereka dengan menyentuhnya. Ada kelegaan yang luar biasa bahwa Yesus ingin dekat dengan siapa saja, bahkan termasuk yang sakit dan terpinggirkan seperti orang kusta. Dengan demikian, semua orang berhak mendapatkan kehidupan kekal.
Melalui persitiwa ini juga kita diingatkan kembali bahwa Yesus datang ke dunia untuk membawa hal yang baik dan benar. Yesus memberi kesaksian bahwa Allah yang Mahabaik itu sungguh ada. Yesus datang tidak untuk dilayani, melainkan melayani banyak orang. Kasih-Nya yang luar biasa diberikan kepada kita dengan cuma-cuma tanpa mengharapkan imbalan. Kita belajar bahwa melalui iman dan kepasrahan kepada-Nya, dosa-dosa dan kelemahan kita sebagai manusia pun ‘disembuhkan’ oleh Yesus Kristus.
Pertanyaan refleksi bagi kita bersama ialah akankah kita selalu menolak Tuhan apabila menderita dan menjadi tidak percaya pada-Nya? Baiklah untuk kita renungkan bersama dan menjawab semua ini dengan iman yang mendalam. Hidup kita juga semakin lebih bermakna apabila dalam perbuatan pun kita juga berbuat seperti Yesus yang berbuat baik bagi orang kusta.
[Fr. Wolfgang Amadeus Mario Sara]