- Rabu, 15 Januari 2020, Pekan Biasa I
- Bacaan I : 1Sam. 3: 1-10.19-20
- Mazmur :Mzm. 40: 2.5.7-8a.8b-9.10
- Injil : Mrk. 1: 29-39
Suatu ketika, seorang anak asik bermain game di handphone ayahnya. Lalu, ayahnya meminjam handphone itu sejenak karena ingin menelpon temannya. Setelah beberapa menit si anak kembali melanjutkan permainan di handphonetersebut. Namun tak lama kemudian, handphone tersebut mati. Sang anak kecewa lalu menggerutu. Ayahnya dengan santai berkata: “Jangan lupa dicharge handphone-nya, jangan digunakan terus-menerus”.
Injil hari ini mengisahkan Yesus yang berkarya dengan menyembuhkan dan mengajar banyak orang, termasuk menyembuhkan mertua Petrus. Secara terus-menerus Yesus menyembuhkan orang yang datang berbondong-bondong dan mengusir banyak setan. Setelah melakukan itu semua, Yesus bukannya bersantai-santai sambil melepas lelah, namun Yesus pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Karya-doa-karya menjadi pola hidup Yesus. Yesus akan pergi menyepi untuk berdoa setelah melakukan banyak perbuatan ajaib untuk bersyukur dan berefleksi akan rahmat Allah. Setelah itu, Yesus kembali berasa segar dan siap untuk berkarya kembali.
Semua ciptaan dan manusia sendiri butuh waktu sejenak untuk berdiam dan istirahat. Mesin saja butuh istirahat atau re-charge agar daya energinya pulih kembali. Batre handphone butuh di-charge, mobil membutuhkan bensin, mesin-mesin pabrik butuh perawatan, dsb. Manusia pun butuh istirahat dan mengisi ulang energi jasmani dan rohani. Energi jasmani diperoleh lewat pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang-pangan-papan. Energi rohani kita dapatkan dari berdoa dan berefleksi akan rahmat Allah yang hadir dalam hidup kita. Atau dengan kata lain, energi rohani kita dapatkan dari usaha mendekatkan diri kepada Allah. Mengapa kita perlu recharge kembali energi rohani? Karena energi rohani memungkinkan kita untuk tetap bertahan dan kuat dalam cobaan dan memberikan kebahagiaan yang tahan lama.
Yesus pergi ke tempat sunyi untuk berdoa merupakan usaha untuk merefresh kembali energi rohani. Kita pun dapat mencontoh pola hidup Yesus tersebut. Di kala banyak agenda dan pekerjaan melanda, perlu disisihkan waktu untuk berdoa dan memaknai segala usaha yang telah dilakukan. Waktu untuk Allah sebaiknya disisihkan bukan disisakan, artinya kita memang mengkhususkan waktu untuk dekat dengan Allah. Dengan demikian, kita mencoba mengikutsertakan Allah di dalam segala dinamika karya, baik itu saat kelelahan, kesulitan, kebingungan, kesedihan, dan kebahagiaan. Semoga kita semakin mampu untuk menyisihkan waktu untuk Allah yang sudah terlebih dahulu memberikan semua waktuNya kepada kita. Fr. Bahtiar
Tuhan Yesus Kristus, terkadang kami terlalu mengutamakan diri sendiri sehingga lupa untuk berelasi dengan Engkau. Teguhkanlah kami untuk senantiasa menjadikan-Mu sebagai yang utama dan terutama dalam kehidupan kami. Amin