Jumat, 10 April 2020
Jumat Agung
Bac I. Yes. 52:13-53:12
Mzm. 31:2.6.12-13.15-16.17.25
Bac II. Ibr. 4:14-16; 5:7-9
Bac. Injil. Yoh. 18:1-19:42
—
Hari ini Gereja kembali merayakan peristiwa agung dengan mengenang peristiwa Yesus yang wafat di kayu salib. Kita semua meyakini peristiwa besar ini sebagai berkat dari Tuhan untuk manusia. Yesus menderita dan wafat di kayu salib untuk keselamatan umat manusia.
Bila kita merefleksikan dan merenungkan hal ini bersama, dalam peristiwa tersebut satu hal yang pasti ialah soal kebencian. Kebencian yang dimaksud ialah kebencian orang-orang yang selalu menghina Yesus karena ia selalu berkata bahwa Ia adalah putera Allah. Padahal yang Yesus lakukan ialah hal yang baik, hal yang bermanfaat untuk manusia. Bahkan hingga harus mengorbankan diri dengan menerima hinaan, siksaan, dan harus wafat di salib.
Sebagai manusia, kita diajarkan untuk mengikuti apa yang diajarkan Yesus selama masa hidup-Nya. Bukan membenc,i melainkan mengasihi, dan bukti nyata pengorbanan Yesus itulah yang diajarkan. Menjadi seperti Yesus dan berkorban hingga mati di kayu salib memang sulit namun Yesus menjalankan kehendak Allah Bapa terhadap-Nya dengan setia. Ia taat terhadap Bapa-Nya.
Peristiwa Yesus yang wafat akan selalu menjadi peristiwa yang dikenang oleh semua umat beriman. Kita mengenang dan merenungkannya bahkan terkadang kita juga bertanya ‘kok bisa Tuhan Yesus wafat ?’ Mengapa Ia mati dengan cara demikian ?’ dan sebagainya. Namun, saudara-saudari yang terkasih, hal yang sebenarnya layak untuk kita renungkan bersama ialah ‘bagaimana Ia hidup dan menghidupi kita semua umat-Nya’. Karena bukan semata tentang kesedihan dan duka, melainkan tentang kehidupan-Nya yang sungguh nyata menjadi berkat bagi umat manusia. Lalu, bagaimanakah dan apakah yang hendak kita lakukan untuk dunia ini?
Hidup kita di dunia menggambarkan bahwa kita itu berharga di mata Tuhan. Kita sungguh adalah pribadi yang dicintai dan dikasihi Tuhan. Ia menciptakan dan memelihara kita dan menjaga hidup kita. Sederhananya, marilah saudara-saudari yang dikasihi oleh-Nya, oleh karena kita berharga di hadapan Tuhan, kita juga hendaknya menghargai hidup kita ini dengan hidup penuh kebaikan sehingga dapat menjadi berkat bagi orang lain di sekitar kita. Marilah hidup untuk orang lain dan bukan hanya untuk diri sendiri saja.
Dalam masa sulit akibat virus yang sedang mewabah di dunia ini, kesempatan yang sangat baik juga bahwa dengan stay at home, pergunakanlah waktu kita untuk menjadi berkat bagi keluarga dan mempererat relasi kita dengan orang tua dan saudara-saudari kita. Tuhan sudah melakukannya dengan menjadikan kita keluarga yang dikasihi-Nya. Tuhan memberkati.
[Fr. Wolfgang Amadeus Mario Sara] Seminari Tinggi St. Petrus-Paulus Keuskupan Bogor—
Tuhan, kami bersyukur bahwa Engkau mengasihi kami hingga saat ini. Dengan kerendahan hati, buatlah kami agar selalu dapat menerima diri kami dan dapat mengasihi sesama kami. Kami percaya bahwa Engkaulah Sang Juruselamat, dan bersama-Mu kami semakin memaknai setiap peristiwa yang sungguh menjadi berkat bagi kami dan sesama kami. Amin.