Jumat, 24 April 2020 Pekan II Paskah Bac I. Kis 5:34:42 Mzm. 27:1.4.13-14 Bac. Injil. Yoh 6:1-15
Saudara-saudari yang terkasih, Paskah bagi orang Yahudi itu ialah mengenang dan merayakan bebasnya bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Sementara bagi kita umat Kristiani sekarang ini, Paskah itu sebagai pengenangan dan perayaan kebangkitan Yesus Kristus. Saat itu, Yesus didatangi orang banyak untuk dijadikan raja karena pengaruh besar bagi setiap orang di daerah (salah satunya di Galilea). Namun, Ia memilih untuk pergi dan menolak karena secara sederhananya bisa kita katakan bahwa waktu Tuhan untuk menjadi raja itu belum saatnya dan jika Ia, Yesus adalah raja untuk semua orang. Peristiwa yang digambarkan pada kedua bacaan pada hari ini menggambarkan Yesus lebih memilih untuk menjadi saudara bagi manusia, yakni yang memberi dirinya bagi semua orang, bukan mengadili orang dengan kuasa yang dimiliki-Nya.
Dalam bacaan Injil, dikatakan bahwa Yesus menyingkir ketika tahu bahwa Ia ingin dijadikan Raja oleh orang banyak yang mengikuti-Nya. Yesus telah memberikan apa yang mereka butuhkan, yakni makanan secukupnya, bahkan yang terjadi ialah makanan itu justru berlebih. Yesus yang mengetahui kecemasan Filipus akan ketiadaan makanan bagi semua orang itu pun menegurnya melalui pertanyaan. Dalam pertanyaan itu, tersirat pesan bahwa Yesus sendirilah yang akan menyediakan roti bagi mereka–bahkan Ia sendiri sebenarnya adalah Roti itu! Yesus adalah Firman Allah yang hidup, maka dengan menerima-Nya, orang tidak akan kelaparan lagi, sebab manusia bukan hidup dari roti saja (lih. Mat. 4:4).
Pasca kebangkitan dan kenaikan Kristus, para rasul mengalami kebangkitan iman yang sangat dahsyat. Mereka tidak lagi ragu dan takut dalam menghadapi ancaman-ancaman yang menghalangi penginjilan mereka, bahkan bila kematian menjadi ganjarannya. Para rasul percaya bahwa yang beriman kepada-Nya akan gembira sekalipun dalam penderitaan, karena dengan demikian mereka boleh dianggap layak menjadi pengikut Yesus yang telah lebih dulu menderita. Sang Roti Hidup yang bersemayam dalam diri mereka menjadi sumber sukacita abadi yang tidak terkalahkan.
Oleh karena itu saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, sebagai umat beriman yang telah menerima Sabda Allah dalam diri Yesus, kasih dan Roh-Nya pun selalu ada di dalam diri, tinggal bagaimana kita menjadikannya nyata bagi saudara-saudari kita. Marilah kita melibatkan diri kita dalam rencana besar kasih Allah di dunia ini. Kita adalah anggota Gereja dan umat Allah. Dalam seruan apostoliknya, Paus Fransiskus berkata ‘Gereja hendaknya menjadi tempat di mana setiap orang merasa diterima, dicintai, dimaafkan, dan dikuatkan untuk menghayati kehidupan yang baik dari Injil’ (EG. 114). Belas kasih Yesus terhadap ribuan orang yang membutuhkan makanan telah menjadi teladan sempurna bagi kita. Maukah kita mengikuti jejak Yesus untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan? Tuhan memberkati.
[Fr. Wolfgang Amadeus Mario Sara]
Syukur kepada-Mu Tuhan atas rahmat penyertaan-Mu hingga saat ini. Terima kasih pula karena Engkau terus mengajarkan kami akan arti hidup baik untuk orang banyak. Dengan rendah hati kami terus berharap dan berdoa agar kami pun Engkau layakkan untuk berkarya dan melayani sesama kami. Karena kami percaya Engkaulah sumber segala belas kasih bagi semua orang. Amin.