Rabu, 20 Mei 2020, Rabu Pekan VI Paskah Bacaan I : Kis. 17: 15-22- 18:1 Mazmur : Mzm. 148: 1-2. 11-12b. 12c-14 Injil : Yoh. 16: 12-15
Dalam Injil hari ini, kita mendengar Yesus yang memperingatkan para murid dalam amanat perpisahan. Masih banyak hal yang harus Yesus katakana kepada para murid, tetapi mereka belum mampu mengerti karena belum menerima Roh Kudus. Perjalanan dan pengajaran Yesus bersama para murid menjadi persiapan para murid untuk menerima Roh Kudus. Ketika tiba waktu-Nya, Roh Kudus sendiri yang akan datang memimpin para murid ke dalam seluruh kebenaran. Kebenaran yang didapat dari Roh Kudus semakin menuntun para murid untuk hidup sepikir dan seperasaan dengan Yesus sendiri. Dengan demikian, para murid tidak hidup dalam kepalsuan, melainkan hidup dengan penuh keberanian dan kekuatan untuk melayani dan meawartakan Injil.Suatu ketika, ada seorang anak kecil yang gemar memetik bunga untuk dikoleksi di dalam rumah. Pekarangan sekolah, rumah orang lain, rumahnya sendiri tak lepas dari incarannya untuk memburu bunga cantik. Orang tuanya kerap kesal karena pekarangan yang berantakan dan kotor akibat ulah anak itu. Akhirnya, anak itu diberitahu bahwa tindakannya mengoleksi bunga di rumah bukannya membuat rumah semakin indah melainkan membuat semakin berantakan karena pekarangan pun kotor dan berantakan. Semenjak itu anak kecil tersebut tidak ingin lagi memetik bunga di pekarangannya karena menurut dia tidak akan memperindah rumah.
Perkembangan IPTEK semakin menuntun manusia memiliki kemandirian berpikir. Banyak hal-hal canggih yang dapat manusia ciptakan, mulai dari alat transportasi, alat kesehatan, makanan, bangunan, sistem, dll. Manusia menciptakan hal-hal yang demikian itu bertujuan untuk mempermudah hidup dan persiapan menghadapi masa depan. Akan tetapi, alih-alih ingin meningkatkan kualitas hidup, justru manusia pun menurunkan kualitas moral-etisnya. Manusia menganggap dirinyalah yang paling benar, paling berkuasa, dan paling cerdas karena memiliki anugerah akal budi, sedangkan alam ciptaan dengan segala flora-faunanya merupakan unsur pendukung hidup manusia. Pemikiran bahwa manusia merupakan satu-satunya kebenaran merupakan kesalahan besar karena telah melupakan bahwa alam ciptaan pun merupakan kebenaran yang diciptakan Allah. Alam ciptaan tidak semata-mata digunakan untuk memuaskan nafsu manusia. Jika yang terjadi demikian maka manusia belum mencapai kebenaran yang dimaksudkan oleh Allah. Roh Kudus menuntut kita untuk mencapai kebenaran bahwa alam ciptaan adalah tanda kasih dan sesama saudara (Laudato Si’ 84-87). Bumi adalah warisan bersama, manusia dan segala ciptaan lain bertanggung jawab merawatnya (Laudato Si art. 93-98).
Hari ini kita berada dalam pekan Laudato Si’ (16-24 Mei 2020). Pekan ini menjadi waktu yang tepat untuk memeriksa batin dan introspeksi diri sendiri “apakah saya telah melihat kebenaran dalam alam ciptaan lain? Atau hanya menganggap diri sendiri sebagai kebenaran? Pemeriksaan batin ini berguna untuk mengubah pola pikir kita secara perlahan dari yang semula egois dan memusatkan pada diri sendiri sebagai manusia menjadi lebih terbuka dan menganggap alam ciptaan lain pun merupakan kebenaran yang diciptakan Allah. Manusia dan alam ciptaan lain saling terhubung, sehingga kita tidak bisa mengatakan bahwa aku tidak butuh hewan, tumbuhan, air, tanah, dsb. Mari, di pekan Laudato Si ini, kita berusaha menerima Roh Kudus yang membawa kita pada kebenaran bahwa seluruh alam ciptaan merupakan tanda kasih dan sesama saudara, sehingga harus dirawat dan dijaga. Jangan sampai kita salah pikir lalu salah tindak.
[Fr. Ignatius Bahtiar]“Syukur pada-Mu ya Tuhan atas rahmat alam ciptaan yang Engkau ciptakan. Jangan biarkan aku mencari kepastian hidup di luar dari kebenaran yang Engkau sampaikan. Mampukan kami untuk dapat menerima Roh Kudus yang menuntut kami untuk memahami bahwa alam ciptaan merupakan kebenaran yang datang dari Engkau sendiri.”