Kamis, 21 Mei 2020 Bacaan 1 : Kis. 1:1-11 Mazmur : Mzm. 47:2-3,6-7,8-9 Bacaan 2 : Ef. 1:17-23 Injil : Mat. 28:16-20.
Empat puluh hari setelah Kebangkitan Yesus, Ia naik ke surga dengan jiwa dan raga-Nya. Kenaikan-Nya ke surga disaksikan oleh para murid-Nya. Sebelum Ia naik ke surga, Ia memberikan pesan kepada para murid-Nya bahwa mereka akan menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi ketika Roh Kudus turun dalam diri mereka (bdk. Kis 1:7-8). Seperti yang kita percayai bersama dalam syahadat para rasul, Ia naik ke surga dan duduk di sisi kanan Allah Bapa yang Mahakuasa. Perintah yang diberikan menjadi transisi penuh bahwa Tuhan ingin memulihkan dunia, bukan hanya memulihkan Israel saja seperti yang ditanyakan oleh para murid.
Sebagai seseorang yang hidupnya secara sukarela diatur oleh Roh Kudus, kita memiliki amanat yang sama dengan para rasul. Kita memiliki mandat untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi. Pekan Laudato Si’ yang dirayakan pada pekan ini membantu kita untuk menjalankan mandat dari Tuhan Yesus sendiri. Dalam peristiwa cahaya pada liturgi malam paskah, kita diajak untuk menghargai sesuatu yang kecil sebelum menyambut sesuatu yang besar. Contohnya adalah menghargai dan mensyukuri air. Air seringkali kita sepelekan kehadirannya karena sudah terbiasa dan tidak ada rasa bersalah ketika menyia-nyiakannya. Padahal, kita mengetahui bahwa air adalah sumber kehidupan dan dapat menjadi sesuatu yang mulia jika berada di tempat yang tepat. Air membersihkan diri, melepaskan dahaga, dan menolong orang yang membutuhkan. Pernyataan diri Yesus tidak akan terjadi jika tidak ada air yang diubah menjadi anggur dalam peristiwa pernikahan di Kana.
Para murid menunggu Roh Kudus dengan penuh harap dan sukacita setelah menyaksikan kenaikan Yesus ke surga. Sukacita itu diejawantahkan dengan pewartaan mereka sebagai saksi Kristus di Yerusalem. Karena kita hidup dari kesaksian iman para rasul yang sudah dibuktikan kebenarannya, marilah kita meneladani para rasul dengan ikut menjadi saksi Kristus kepada sekitar, baik kepada manusia maupun alam. Mengasihi sesama manusia dan alam sekitar menjadi tindakan nyata dalam menghidupi amanat kasih dari Yesus Kristus. Ketika kita sadar dan menjalankan amanatNya dengan baik, bersama dengan St. Fransiskus Assisi, kita dapat mengatakan “Laudato si’, mi’ Signore” [Terpujilah Engkau, Tuhanku], kepada ‘Ibu Bumi’ sebagai bentuk penghormatan kita kepada alam.
[Fr. Michael Randy]
Allah yang Mahakuasa, pantaskanlah kami untuk menerima berkat dan karunia-Mu yang melimpah. Semoga kami senantiasa mampu menghargai hal-hal kecil yang juga merupakan ciptaan-Mu.. Amin