Bersemangat Miskin

Loading

Sabtu, 6 Juni 2020

Hari Biasa, Pekan Biasa IX

Bacaan I     : 2Tim 4:1-8                                                            

Bacaan Injil : Mrk 12:38-44

 

‘Perbuatan kita yang paling sederhana sekalipun, kalau dilakukan dengan cinta,

akan membawa keuntungan bagi semua orang.’(KGK 953)

 

Kisah persembahan janda yang miskin menjadi populer dalam tindakan kasih yang radikal. Sebuah ayat rujukan bagi para agen-agen kemanusiaan yang memiliki semangat solidaritas yang unggul. Pemberian yang amat radikal dilakukan oleh janda miskin dikatakan oleh Yesus, “sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya: semua yang ada padanya yaitu seluruh nafkahnya.”(ay. 44)

Renungan pada bacaan hari ini mengingat saya akan sebuah kalimat ‘bila ingin mengetahui keaslian seseorang, beri ia jabatan’. Manusia yang mencintai semangat miskin akan secara bijaksana menanggapi tawaran semacam ini. Semangat ini bersifat menular, apabila menjadi tradisi dalam sebuah keluarga maka akan secara turun-temurun menjadi pedoman. Kita sebagai ‘keluarga’ Kristen seharusnya bangga karena para murid dan Rasul Yesus membagikan kesaksian itu kepada kita semua (Yoh 21:24). Kisah Yesus dicobai di padang gurun menjadi fenomena yang patut kita refleksikan bersama. Bahwasanya dalam keadaan kelaparan dan tidak bertenaga (terpuruk), Dia dengan tegar menolak tawaran yang menggiurkan dari setan (Mat 4). Semangat miskin sungguh-sungguh ditampilkan oleh Yesus, terutama dalam perwujudan Mesias. Sosok Mesias yang Yesus hadirkan tidak memegahkan diri dalam status, kehormatan dan kejayaan, melainkan ketaatan kepada Bapa (Mat16:16.21).

Saudara-saudari yang terkasih, dalam bacaan ini Yesus mengkritik secara tegas para ahli Taurat yang memiliki jabatan dan tidak menaati perintah nenek moyangnya (Musa), “janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing…. seorang janda atau anak yatim janganlah kau tindas” (Kel 22:21-22). Semua upaya ahli Taurat yang digambarkan Injil menurut Markus adalah sosok yang menghalalkan segala cara untuk pencitraan diri dan kemegahan diri. Sangat bertentangan dengan janda miskin yang diinginkan Yesus Kristus. Permenungan dari saya hari ini bukan menawarkan hidup miskin, tetapi memiliki semangat miskin. Orang yang memiliki semangat miskin berani berkata ‘cukup’. Contoh iman yang ditampilkan Santo Markus menjadi tawaran bagi kita. Mampukah kita seperti janda miskin yang murah dan penuh penyerahan diri, demikian yang dilakukan Yesus yang memberikan hidup-Nya bagi semua orang (Mrk 14-15).

[Frater Petrus Damianus Kuntoro]


Bapa yang penuh belas kasih, anugerah kasih-Mu yang sangat dahsyat dalam Yesus Kristus menjadi warisan berharga bagi kami. Kami mohon dampingilah kami selalu, untuk dapat hidup seturut kehendak-Mu melalui kesederhanaan Putra-Mu yang terkasih. Tuntunlah hati kami untuk dapat berkata ‘cukup’ dari tawaran kelimpahan yang menjauhkan kami dari pada-Mu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

error: Content is protected !!