Rabu, 1 Desember 2021
Pw B. Dionisius dan Redemptus, BiarwMrt
Yes 25:6-10a
Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6
Mat 15:29-37
Hari ini kita mendengar Kisah Yesus yang memberi makan orang banyak dengan tujuh potong roti dan beberapa ikan kecil. Suatu kisah ayng mungkin sebagian besar orang telah hafal. Namun yang menarik dari Injil hari ini ialah terdapat kata-kata Yesus “Hati tergetak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu.” Mungkin kata-kata tersebut terkesan sederhana, namun tentu terdapat nilai di balik kesederhanaan tersebut.
Keterbergerakan hati menjadi point utama yang coba disampaikan dalam Injil hari ini. Keterbergerakan hati merupakan suatu hal yang memampukan seseorang untuk melakukan segala sesuatunya. Disadari ataupun tidak dalam keseharian kita kerap menggunakan suara hati dalam menentukan beragam pilihan yang akan kita ambil dalam kehidupan sehari-hari. Suara hati kerap dipandang sebagai “hati nurani” yang membantu kita dalam menentukan beragam pilihan baik-buruk suatu hal yang hendak dipilih.
Dalam Injil hari ini kita mendengar Yesus yang tergerak hati-Nya terhadap orang banyak. Suatu hal yang unik bagaimana Yesus yang adalah Allah tergerak hati-Nya terhadap apa yang dialami oleh manusia. Seperti yang ktia ketahui bahwa keterbergerakan hati Allah terhadap manusia berpuncak pada peristiwa salib di mana Yesus mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa umat manusia. Melalui hal tersebut kita dapat melihat bahwa keterbergeakan hati membawa perubahan yang signifikan dalam pilihan dan tindakan yang kelak diambil.
Dalam keseharian kita kerap dihadapi dengan beragam pilihan yang tanpa disadari dalam setiap keputusan yang diambil kerap menggunakan suara hati. Namun suara hati yang ada kerap kali tidak menghasilkan suatu hal yang signifikan, misal demi keuntungan pribadi belaka. Kita kerap lupa bahwa pilihan yang kita ambil perlu memperhatikan beragam aspek entah itu sesama kita maupun diri kita sendiri.
Melalui Injil hari ini kita diingatkan untuk dapat menggunkana suara hati kita secara lebih baik, sehingga kita dapat dan mampu lebih menaruh perhatian dan kasih kita terhadap sesama. Tentu untuk memperhatikan dan menaruh perhatian terhadap sesama diperlukan pengorbanan tertentu, yakni pengorbanan akan ego kita. Karenanya dibutuhkan suatu bentuk kesungguhan untuk dapat “mengekang” egoisme pribadi sehingga kita dapat menjadi pribadi yang rendah hati sekaligus lebih dewasa, menjadi pribadi yang mampu menerima segala sesuatu yang diberikan Allah kepada kita entah itu hal-hal positif maupun negatif yang kita jumpai dalam hidup kita sehari-hari. Sehingga melalui hal tersebut suara hati yang kita miliki dapat senantiasa dilatih sedemikian rupa sehingga kelak dapat sungguh membawa hasil yang signifikan dalam setiap keputusan yang kita pilih dalam kehidupan kita sehari-hari. Tuhan memberkati.
Fr. Dismas Aditya