Jumat, 28 Januari 2022 – PW St. Thomas Aquinas
Setiap tindakan yang kita lakukan pasti membawa suatu akibat (dampak), baik positif maupun negatif. Keduanya dihubungkan dalam hukum sebab-akibat. Sebagai contoh sederhananya, saya makan maka kenyang; saya belajar maka pintar; saya nakal maka ibu marah, dan sebagainya. Berbagai akibat seperti kenyang, pintar, ibu yang menjadi marah dan yang lainnya merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang kita perbuat. Konsekuensi tindakan ini bersifat logis karena pada dasarnya dapat dimengerti secara rasional. Oleh karena itu, tidak mungkin saya makan maka pintar atau saya belajar maka kenyang.
Bacaan hari ini mengajak kita untuk merenungkan kembali setiap perbuatan kita dalam hidup sehari-hari. Dari bacaan pertama, kelak kita akan mengetahui bahwa Allah mengecam Daud melalui Nabi Natan atas perbuatan tercelanya (lih. 2 Sam 12:11-14). Daud tentu akan mendapatkan “hukuman setimpal” karena telah mengambil Betsyeba istri Uria. Sementara itu, melalui bacaan Injil, Yesus berpesan kepada kita agar selalu melaksanakan kehendak Allah karena itu akan berbuah manis di Kerajaan Surga kelak.
Hari ini Gereja juga merayakan Peringatan Wajib Santo Thomas Aquinas. Pemikiran St. Thomas sangat berpengaruh bagi pembentukan teologi Gereja. Karunia kecerdasaan yang dimiliki St. Thomas tentu tidak terlepas dari ketekunannya dalam belajar dan berefleksi. Berkat sumbangsihnya bagi Gereja, ia mendapatkan tempat khusus di kalangan para kudus. Selain itu, nama Allah pun semakin dimuliakan melalui karya-karya pemikirannya. Bacaan dan peringatan hari ini mengingatkan kita untuk selalu berusaha menaburkan benih-benih kebaikan dengan bercermin dari kesalahan Raja Daud dan kemasyuran St. Thomas Aquinas. Pasalnya, apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Setiap perbuatan baik tentu akan berbuah kebaikan sebagai konsekuensi logisnya. Begitu juga sebaliknya, perbuatan jahat akan menghasilkan ganjaran yang setimpal.