BACAAN I: Bil. 21:4-9
MAZMUR: 102:2-3.16-18.19-20;
BACAAN INJIL: Yohanes 8:21-30
Saudara-i yang terkasih dalam kristus, dalam bacaan pada hari ini kita dapat memetik dua nilai yakni ketaatan dan jalan satu-satunya menuju surga. Dalam bacaan pertama kita dapat melihat bagaimanan Allah mengasihi bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir. Akan tetapi dalam perjalanannya mereka dihadapkan ke dalam sebuah keadaan yang mendorong mereka berlaku kasar kepada Allah. Pada peristiwa ini tentu Allah sangatlah murka. Bagaimana mungkin Allah dengan sengaja membiarkan umat yang dikasihinya menderita padahal Allah sendiri menjanjikan banyak hal kepada umatnya? Perlu kita sadari bahwa janji Allah dan pemberian Allah tidaklah diberikan secara cuma-cuma. Di dalam bacaan pertama juga diperlihatkan bahwa bangsa Israel yang telah melupakan Allah, mereka mengeluh atas penderitaan dan situasi yang sebenarnya tidaklah sebanding dengan penderitaan mereka sebagai budak. Akan tetapi ketika mereka meminta kembali kepada Allah melalui musa, bangsa Israel pun kembali mendapatkan keselamatan dan diterangi perjalanan mereka.
Dalam bacaan Injil kita melihat bahwa Tuhan adalah jalan satu-satunya demi meraih keselamatan kekal. Allah adalah pribadi yang berasal dari tempat yang berbeda dengan umat manusia sehingga manusia perlu sebuah media untuk berangkat dari dunia bawah ini hingga bisa sampai ke tempat yang sama dengan Allah. Hal ini juga ingin mengingatkan kembali bahwa apapun yang kita lakukan demi meraih keselamatan kekal tetap memerlukan Allah. Tidak akan ada artinya jika apa yang kita lakukan tanpa melalui Allah.
Jika kita lihat secara keseluruhan maka sukacita akan kita jumpai dalam kehidupan kita ketika taat dengan Allah dan membawa Tuhan dalam segala usaha kita di dunia. Bukanlah perkara mudah untuk menerapkan kedua perintah tersebut. Taat terlihat sederhana, akan tetapi dalam penerapannya tidaklah sesederhana itu. Sisi manusiawi kita terlibat ketika pergulatan melanda terutama ketika berkaitan dengan perintah Allah untuk menjadi serupa dengannya. Tentunya hal ini adalah keinginan Allah untuk menekan sisi manusiawi kita dan bertekun dalam pengajaran sehingga sukacita yang kita harapkan akan datang dan bisa membawa kedamaian dalam rutinitas yang kita jalankan sehari-hari.
Fr. Alexander Leison Jordan