Yesus: Model Perwujudan Kasih Sejati

Loading

Hari Selasa dalam Pekan Suci

Bacaan I          : Yes. 49:1-6;

Mazmur           : Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6b,15,17;

Bacaan Injil     : Yoh. 13:21-33,36-38.

Bacaan injil hari ini mengisahkan tentang Yesus yang mengatakan kepada para murid-murid-Nya tentang salah satu di antara para murid yang akan menyerahkan-Nya. Dengan kata lain, Yesus mengetahui adanya sosok yang akan mencelakai diri-Nya; yang akan membawanya masuk pada peristiwa kesengsaraan. Sebagai seorang manusia, tentu seharusnya Ia bisa saja mengutus para murid yang lain untuk meringkusnya, sehingga Ia tidak harus mati di kayu salib. Tetapi Ia tidak menggunakan potensi itu dan tetap membiarkan hal itu terjadi karena kerelaanNya kepada kehendak Allah, bahwa anak manusia harus mati demi menyelamatkan manusia.

 Perbuatan Yesus bisa dibilang tidak masuk akal jika dilihat dalam kaca mata manusiawi. Ketika seseorang dapat memperkirakan suatu keadaan akan menjadi tidak menguntungkan bagi dirinya kelak, biasanya ia akan melakukan segala cara untuk mencegahnya. Bisa dikatakan bahwa tindakan ini sangat manusiawi sebagai bagian dari pertahanan diri, karena tentunya setiap orang tidak menginginkan sesuatu yang buruk menimpa dirinya, bukan?  Lalu mengapa Ia tetap membiarkannya? Jawabannya adalah: kasih. Kasih mampu membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Yesus merupakan model kasih sejati, di mana kasih sejati itu mewujud dalam sebuah tindakan pemberian diri, meskipun hal tersebut seakan tidak menguntungkan dirinya. Frasa ‘kasih itu sabar, murah hati, dan tidak memegahkan diri’ mendapatkan perwujudannya di dalam diri Yesus melalui tindakan pemberian diriNya di kayu salib. Jika saja Yesus tidak mau menyerahkan diri-Nya kepada penderitaan, maka tidak ada keselamatan. Kasih adalah sebuah tindakan aktif. Injil hari ini bukan mengajak kita untuk membiarkan hal buruk terjadi pada diri sendiri, melainkan mengajak kita untuk mencontoh Yesus sebagai sang model kasih sejati untuk berani memberi kasih dalam sebuah tindakan aktif kepada sesama sesuai dengan kemampuan diri.

Fr. Gregorius Laurenzy Manek

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected !!
Enable Notifications OK No thanks